Bisnis Ritel Modern di Manado Banyak Tutup, Gaya Hidup Konsumen Penyebabnya

Salah satu gerai ritel yang ditutup. Foto : istimewa

Manado, Sulutreview.com – Sepanjang tahun 2023 ini, sejumlah bisnis ritel modern di Kota Manado, memilih untuk menutup gerai usahanya. Sebut saja, Transmart Bahu, Multimart Zeropoint, dan teranyar Gelael Megamas.

Menurut salah satu pengamat ekonomi yang juga staf dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, Gerdy Worang, fenomena tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain perubahan gaya hidup atau life style konsumen.

“Life style dari konsumen kita saat ini, telah mengalami perubahan. Kalau sebelumnya, cara berbelanja barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti beli baju, sepatu sampai electronic di retail modern. Saat ini tidak lagi seperti itu. Komsumen lebih memilih berbelanja melalui platform e-commerce atau perniagaan elektronik,” ungkap Worang.

Ia juga menyebut, bisnis mini market yang menggurita, dengan pertumbuhan bak jamur di musim hujan, yang merambah seluruh wilayah hingga pemukiman, menjadi fakta yang tak dapat dihindari.

Gerdi Worang. Foto : istimewa

“Mini market yang terus bergerak dan menyebar mendekati konsumen di perumahan menjadi tantangan yang terelakkan. Ini bagaikan gempuran yang sulit untuk dihindari,” ujarnya.

Pilihan menutup gerai, sebut Worang, juga dipengaruhi oleh efisiensi dari cost atau biaya operasional yang tinggi.

“Poin lainnya adalah cost operasional, seperti biaya listrik, Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tinggi di Sulut, sementara perilaku konsumen sekarang berubah, sehingga menutup gerai ritel menjadi keputusan perusahaan,” tuturnya.

Meski demikian, Worang menyampaikan, untuk menghadapi gempuran persaingan bisnis e-commerce, perusahaan ritel dapat melakukan strategi baru.

“Sebaiknya perusahaan ritel dapat merubah strategi bisnisnya. Misalnya dengan membuka penjualan online dengan diskon yang bersaing. Jika menggunakan bank yang satu group. Misalnya Transmart, dapat memberikan diskon dan poin, bagi konsumen yang menggunakan kartu bank. Contohnya Bank Mega atau Allo Bank,” tuturnya.

Fernando Butarbutar (kanan) saat memberikan keterangan pers

Penutupan gerai ritel, menurut Deputi Kepala Perwakilan Divisi Perumusan dan Implementasi Bank Indonesia (BI) Sulut, Fernando Butarbutar, tidak berkaitan dengan menurunnya saya beli masyarakat. Indikatornya, pertumbuhan ekonomi di Sulut saat ini membaik, bahkan melaju melampaui nasional pada posisi 6,28 persen.

“Pertumbuhan ekonomi kita justru didukung oleh konsumsi domestik yang kuat. Artinya daya beli kuat. Fenomena banyaknya brick and mortar shop tutup adalah karena digital market place,” ungkap Butarbutar.

Contoh konkret lainnya, sebagai fenomena belanja konsumen, Butarbutar, kembali menyatakan bahwa saat ini, kondisi di Tanah Abang, WTC, Blok M memberikan solusi kepada pedagang dengan menawarkan free sewa. “Pedagang hanya bayar listrik dan maintenance fee saja dari kios usaha. Karena nggak kuat bersaing dengan online shop,” tandasnya.

Ia juga mengatakan penutupan gerai ritel, telah terjadi sejak guncangan pandemi Covid-19 silam.

“Perlu dicatat juga bahwa sebelum Covid-19, sebenarnya tingkat hunian pusat perbelanjaan juga sudah mulai turun. Over supply,” tukasnya.

Menariknya, tambah Butarbutar, belanja online saat ini, telah menyasar pasar tradisional. “Konsumen tinggal order kebutuhan. Contohnya waktu saya beli sayur online di pasar Bersehati digital. Berat belanja 8 kg, ongkos 18 ribu. Diskon ongkos 9500. Coba, kalau saya belanja langsung, parkir saja sudah 5 ribu. Jadi cost-nya lebih rendah,” pungkasnya.(hilda)

[

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.