Manado, SULUTREVIEW-Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendorong pengembangan ekonomi daerah melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dari Pondok Pesantren.
Untuk maksud tersebut, Deputi Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sulut, Buwono Budi Santoso mengatakan pondok pesantren memiliki potensi besar untuk terus berkembang, bukan hanya terbatas pada aspek pendidikan, keagamaan dan sosial tetapi juga aspek ekonomi.
“Pesantren memiliki peran strategis, yaitu mendukung program ketahanan pangan pemerintah dan pengembangan bisnis syariah karena umumnya usaha yang dikembangkan bergerak di sektor pertanian, perikanan dan sektor lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pesantren,” jelasnya di sela-sela seminar Pemberdayaan Masyarakat Pondok
Pesantren Melalui Peningkatan Kemandirian Usaha Pondok Pesantren di aula BI, baru-baru ini.
Lanjut kata Buwono, pesantren memiliki potensi untuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan pondok pesantren maupun masyarakat sekitar. Bahkan sebagian besar pesantren merupakan pusat ekonomi desa dan berperan dalam pengembangan riil aktivitas ekonomi.
“Alumni pondok pesantren yang berjumlah ribuan bahkan puluhan ribu menjadi potensi yang sangat besar apabila ditumbuhkembangkan menjadi wirausaha. Ribuan wirausaha yang terbentuk dari alumni ponpes tentunya akan menjadi wirausaha yang berbudi pekerti luhur, jujur, amanah,” ujarnya.
Tak itu saja, Buwono juga menambahkan
dengan bertambahnya jumlah wirausaha, pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Terciptanya wirausaha baru akan menambah lapangan kerja baru dan akan menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran akan berkurang.
“Apabila pengangguran berkurang, kemiskinan akan berkurang dan pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat,” sebutnya.
Sementara itu, Nasri Sakamole selaku Kasi PAI pada Bidang Pendis Kanwil Kemenag Sulut menyatakan apresiasinya atas upaya BI yang terus mendorong dan memotivasi pondok pesantren untuk dapat mengembangkan perekonomian.
“Tidak mudah untuk mewujudkannya sebab apa yang ada di lapangan itu seringkali tidak sesuai dengan harapan. Tetapi dengan sumberdaya yang mumpuni maka, tantangan yang ada dapat dilewati,” ujarnya sambil menambahkan setiap pondok pesantren memiliki kelebihan masing-masing sesuai karakteristiknya.
Lebih jauh, Manajer Divisi Pengembangan dan Pengaturan Pasar Keuangan Syariah Departemen Ekonomi Syariah Bank Indonesia Yono Haryono mengungkapkan perkembangan ekonomi yang berlandaskan syariah Islam tumbuh pesat sejak beberapa dekade terakhir. Di bidang pendidikan, pendidikan berbasis islam yang lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren berkembang dengan pesat. “Potensi ini akan mendorong pengembangan ekonomi secara mandiri,” tukasnya.
Diketahui, Data Kementerian Agama menyebutkan pada tahun 2005 jumlah pesantren mencapai 14.798 dengan jumlah santri 3.464.334. Pada tahun 2012 jumlah pesantren meningkat tajam mencapai 27.230 dengan jumlah santri 3.759.198. Dan data terakhir pada tahun 2013 jumlah pesantren mencapai 29.535 dengan jumlah santri sebanyak 3.876.696. Sedangkan Sulut saat ini terdapat 20 pondok pesantren yang tersebar di 15 kabupaten/kota.(hilda)