Gerakan Barito atasi inflasi

Kendalikan Inflasi, BI dan Pemda Gulir Gerakan Barito

Manado, SULUTREVIEW-Pemerintah daerah dan Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus memperkuat pengendalian inflasi di tahun 2017. Hal itu dijawab dengan pencanangan gerakan Batanang Rica dan Tomat (barito) sebagai bentuk nyata pengendalian inflasi melalui gerakan menanam baik oleh masyarakat maupun ASN.

“Melalui gerakan tersebut telah disalurkan bantuan bibit kepada masyarakat untuk tahap pertama sebesar 35 ribu bibit rica dan tomat yang merupakan hasil kerjasama antara BI dan Pemerintah Kota Manado,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulut, Soekowardojo Kamis (04/05/2017).

Memasuki Mei 2017, lanjut Soekowardojo, BI memperkirakan tekanan inflasi Sulut akan berada di level rendah. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh lanjutan masa panen tabama serta potensi terjadinya koreksi harga tomat sayur yang telah berada pada titik harga tertinggi selama beberapa bulan ke belakang.

“BI memandang positif terjadinya deflasi pada April 2017 dalam mendukung pencapaian target inflasi Sulut 2017 yang diproyeksikan sebesar 4± 1% year on year (yoy). Namun demikian, potensi tekanan kelompok administered prices yang semakin besar pada tahun 2017 perlu disikapi bersama dengan memperkuat pengendalian inflasi pangan,” bebernya.

Diketahui, pada April 2017, inflasi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar  -0,02% month to month (mtm) atau mengalami deflasi, dengan angka tersebut maka secara tahunan inflasi Sulut pada bulan April 2017 tercatat sebesar 4,83% (yoy).
Angka inflasi tahunan Sulut tersebut tercatat telah berada di atas level inflasi Nasional pada April 2017, yang tercatat sebesar 0,09% (mtm) atau 4,17% (yoy).

“Realisasi inflasi bulanan Sulut pada April  2017 tersebut relatif sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia sebelumnya. Angka realisasi inflasi bulanan pada April 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar 0 ,11% (mtm ),” katanya.

Ditambahkan, terjadinya deflasi pada April 2017 dipengaruhi oleh meredanya tekanan harga kelompok volatile food di tengah peningkatan inflasi pada kelompok administered prices,” ujar Soekowardojo.

“Mulai normalnya pasokan bahan pangan strategis seperti cabai rawit, bawang dan beras mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food,” tukasnya.

Di sisi lain, tekanan kelompok administered prices kembali menguat terutama dipengaruhi oleh lanjutan penyesuaian tarif listrik 900VA. Sementara, pada kelompok inti tekanan harga juga relarif menurun meski
dalam besaran yang terbatas dipengaruhi baik oleh kelompok inti traded maupun
non traded.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.