Lompatan Strategis Gubernur Olly, Ungkap Prospek Investasi Sulut di Kalangan Akademisi UI

MANADO, SULUTREVIEW

Satu lompatan strategis dilakukan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey, yang mengungkap detail prospek investasi di Bumi Nyiur Melambai.

Tak tanggung-tanggung, Olly memaparkan berbagai peluang investasi Sulut yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi hingga melampaui skala nasional di angka 5,48% (yoy).

Olly yang dipercaya sebagai Bendahara Umum PDIP ini menyampaikan tentang arti pentingnya kajian geografis Indonesia, di mana Sulut berada sebagai beranda utara Indonesia, yang ditanggapi optimistis akan menopang perekonomian nasional.

Gubernur Olly bersama civitas akademika UI.

Bagi Olly yang juga disebut-sebut masuk bursa Kabinet Jilid II Jokowi-Ma’ruf Amin, secara spesifik membeber investasi melalui kuliah umum yang digelar di Gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH) Kampus Universitas Indonesia (UI) di Jalan Salemba Raya Nomor 4, Jakarta Pusat, pada Jumat (23/8/2019).

Mengusung materi tentang “Prospek dan Potensi Investasi Sulawesi Utara Dalam Menunjang Pembangunan Nasional”, Olly menyebut bahwa peluang memberikan kuliah umum kebangsaan di UI merupakan suatu kehormatan. Karena dapat menceritakan tentang kondisi investasi di Sulut.

Mengawali pemaparan materi, Olly mengatakan tentang posisi geostrategi Sulut. Sebagai wilayah yang sangat strategis, karena berada di beranda utara Indonesia, telah menjadikan jarak tempuh Sulut ke Pasifik akan menjadi sangat dekat.

Gubernur Olly secara gamblang ungkap potensi Sulut.

“Posisi Sulut merupakan wilayah yang sangat dekat dengan pusat ekonomi dunia saat ini, yakni Cina. Bahkan jauh lebih dekat dibandingkan dengan Singapura yang saat ini menjadi pusat ekonomi Asia Tenggara,” tukasnya.

Jika ditarik secara segitiga, akan lebih dekat Sulut dibanding Singapura ke Pasifik. Bahkan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), diketahui bahwa Sulut sudah ditetapkan, melalui Kota Bitung menjadi International Hub Port.

“Pelabuhan Bitung menjadi pusat distribusi di wilayah timur Indonesia. Karena itu mari kita dukung terus Sulut, sehingga menambah nilai ekonomi langsung negara kita,” tukasnya.

Olly sebut Sulut menjadi daerah ekonomi baru Indonesia.

Lebih jauh kata Olly, kemajuan Sulut yang terus berkembang, optimistis akan mengantarkan Sulut menjadi daerah ekonomi baru Indonesia. “Itulah sebabnya potensi perekonomian Indonesia sesungguhnya ditopang dari Sulut,” ungkapnya.

Menariknya, Olly juga menyebut bahwa rencana perpindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan, akan lebih menguntungkan. Pasalnya, jarak dengan Sulut akan lebih dekat. Menyusul adanya dua alur distribusi laut.

“Pahlawan Nasional asal Sulut Dr Sam Ratulangi sejak tahun 1937 sudah menulis buku “Indonesia di Pasifik”. Hal itu dibuktikan pada pada saat Perang Dunia ke-2 di Pasifik, di mana Jepang dan Amerika Serikat berebutan untuk mencari base. Pada masa itu terdapat  tiga daerah yang diperebutkan karena posisinya yang strategis. Antara lain,  Morotai, Bitung dan Filipina.

“Posisi strategis yang ini, ternyata menjadi rebutan, karena dengan berhasil menguasai daerah tersebut, maka negara yang menginvansi  menjadi lebih dekat dan lebih mudah mempetahankan Pasifik,” ungkap Olly.

Gubernur Olly beber posisi jalur strategis perdagangan.

Selain itu, Olly juga membeberkan strategi meningkatkan investasi di Sulut. Antara lain strategi yang dimanfaatkan adalah meningkatkan investasi dengan mempercepat pembangunan infrastruktur. Pertama, mendorong peningkatan fasilitas Bandara Sam Ratulangi.

“Ada dua yang dilakukan untuk maksud tersebut, yakni memperpanjang run away dari 2.650 meter ditambah 150 meter lagi. Prospeknya supaya pesawat berbadan lebar dapat mendarat. Upaya lainnya adalah dengan menambah kapasitas terminal bandara, yang semula hanya menampung 1,5 juta per tahun, akan ditambah seluas 56.000 meter persegi, sehingga mampu menampung antara 3-5 juta per tahun,” jelasnya.

Infrastruktur yang kedua, adalah membangun akses jalan Tol Manado-Bitung yang bakal rampung dalam waktu dekat. Berikut dilanjutkan dengan membangun tol dari Airmadidi hingga Amurang dengan volumen sepanjang 55 kilometer.

Tol yang melintasi Airmadidi-Tondano-Tomohon-Kawangkoan-Amurang, sejatinya adalah infrastruktur penunjang bidang pertanian.

Selanjutnya untuk tujuan hal yang sama, juga dibangun irigasi, yakni bendungan Lolak di Bolmong. Harapanya bisa meningkatkan produkai pertanian dan sumber daya petani di Bolmong. Diikutu pembangunan bendungan Kuwil di Minut, yang dilanjutkan dengan pembangunan bendungan Sawangan.

Akademisi civitas UI menyimak pemaparan Gubernur Olly.

“Pembangunan bendungan Kuwil dan Sawangan tujuannya untuk mengantisipasi Kota Manado dari ancaman bencana alam banjir bandang. Di mana bencana banjir bandang yang terjadi tahun 2014, telah berdampak kerugian sebesar Rp5 triliun. Akibatnya perekonomian di Kota Manado juga terkena dampaknya. Namun adanya bendungan juga menyuplai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung, wilayah Minut dan Manado.

Sementara itu, untuk infrastruktur jalan yang menghubungkan ke provinsi lain juga sudah dilakukan. Antara lain jalan Trans Sulawesi, baik di bagian utara dan selatan yang bisa sampai Provinsi Gorontalo.

Menariknya, pembangunan infrastruktur yang keempat, adalah Hub Port Bitung, sebagai salah satu strategi dalam rangka mewujudkan cita-cita Sam Ratulangi agar Sulut jadi Pintu Gerbang Pasifik .

Diikuti infrastruktur kelima adalah KEK Bitung, yang berpeluang menunjang target peningkatan investasi. “KEK sudah diresmikan Presiden Jokowi dengan demikian sudah langsung jalan,” ujarnya.

Sejauh ini, untuk mendorong pembangunan infrastruktur, Gubernur olly menambahkan sudah ada tiga investor yang masuk, yang diperkirakan investasi yang bakal digelontorkan totalnya mencapai Rp6 triliun, yakni PT Futai, PT Indo Jaya dan Pasifik Ocean.

“PT Futai akan mengolah bijih plastik dan  mengolah sisa bahan plastik. Sedangkan Indo Jaya Tuna dan Pasifik Ocean bakal fokus di bidang perikanan. Dipastikan pada tahun 2020 sudah beroperasi,” ujarnya sembari menambahkan infrastruktur disiapkan untuk menunjang running industri di Sulut.

Audience merespon pemaparan Gubernur Olly.

Di sisi lain, Olly juga mengungkapkan sejumlah kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan investasi. Hal itu berkaitan dengan regulasi serta kepentingan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ekonomi Indonesia, kata Olly, harusnya mengalami pertumbuhan signifikan karena ditopang oleh Kawasan Timur dengan Pelabuhan Bitung sebagai Hub Port. Sebab, pelabuhan yang berhadapan langsung dengan Asia Timur, jauh lebih efektif dibandingkan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta maupun pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

“Kendala regulasi masih menjadi masalah krusial yang sudah pasti akan menhhambat regulasi nasional. Kalau dirunut, Sulut sangat dekat dengan Asia Timur, tetapi sayangnya semua barang eksport dan impor, terlebih dahulu harus masuk dan keluar lewat Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Hal inilah yang akan berpengaruh terhadap tingginya cost produk,” tambah Olly.

Makanya, tidaklah heran kalau kemudian Industri di Kawasan Indonesia Timur tidak bisa berkembang karena biaya yang dibebankan menjadi tinggi.

“Contohnya saja Industri kelapa di Sulut, tidak bisa langsung diekspor. Sebab produk ekspor ini harus terlebih dahulu lewat ke Surabaya, dan selanjutnya dikirim ke luar negeri,” kata Olly.

“Dari masalah ini saja, kita sudah kalah dari sisi jasa trasportasi. Ditambah lagi dengan bayar kontainer yang double,” kata dia.

Sejumlah pertanyaan diajukan tentang investasi diajukan ke Olly.

Diketahui, biaya kontainer yang harus ditanngung bila lewat Surabaya ke Cina, dipatok sebesar Rp 7 juta. Bahkan jumlah ini lebih mahal, jika biaya kontainer dari Bitung ke Surabaya dengan besaran Rp15 juta.

“Padahal jarak dari Bitung ke Cina, lebih dekat dan tentu saja cost nya akan lebih rendah,” ungkap Olly.

Olly juga bilang, kendala produk lain yang juga mengalami hambatan adalah, industri arang tempurung, dan sabut kelapa.

“Produk tersebut tidak bisa berkembang, karena regulasi tidak memberikan kemudahan untuk ekspor dan impor langsung,” tandasnya.

Saat ini, sambung Olly, memang ada izin. Hanya saja dibatasi bahan tertentu saja,” sebutnya.

Bitung sebagai Hub Port, jelas Olly bukan hanya untuk kepentingan Sulut semata tetapi jauh ke depan adalah untuk kepentingan Indonesia.

“Perlu diketahui Kawasan Timur akan berkembang, seperti Maluku, Maluku Utara dan Papua, dapat melakukan ekspor dan impor lewat Bitung. Apalagi jika ibu kota negara pindah ke Kalimantan, maka arus pasokan barang dari Indonesia Timur akan lebih deras lagi,” bebernya.

Persoalan krusialnya, karena pusat masih ragu dan masih mempertahankan alasan klise. Antara lain takut penyelundupan, dan terorisme,

“Sebenarnya ini adalah alasan klasik, padahal tujuannya untuk melindungi pedagang rentenir yang ada di pelabuhan besar,” tegas Olly sembari menambahkan soal regulasi impor buah yang juga harus lewat pelabuhan Tanjung Perak.

“Kalau kita makan jeruk dan apel impor, biasanya masuk lewat Surabaya. Padahal, di Jawa Timur banyak produksi jeruk dan apel lokal, tetapi barang impor masuknya justru ke sana,” kata Gubernur lagi.

Hal inilah yang menyebabkan barang impor telah menyerang produsen lokal, sehingga tidak mungkin bersaing, dan bahkan kesannya setengah dumping.

“Harusnya ada kebijakan, impor buah masuk melalui Bitung. Ini juga untuk melindungi produsen lokal di Jawa, sebab buah-buah itu ditahan di Bitung, secara aturan World Trade Organization, dan tidak menyalahi karena impor tidak ditutup. Di kawasan Timur kan tidak ada petani jeruk dan apel. Dengan demikian petani di Jawa punya nilai tambah,” tukas Olly.

Diketahui, tampilnya Olly sebagai pembicara dalam kuliah umum kebangsaan di UI, patut diapresiasi. Di mana UI diakui sebagai satu di antara universitas terbaik di Indoensia.

Akan hal tersebut, pengamat politik dan pemerintahan, Taufik Tumbelaka mengungkapkan, bahwa undangan UI biasanya ditujukan pada figur terkenal.

Hal itu, bertujuan untuk menambah pengetahuan, wawasan mahasiswa maupun staf pengajarnya.

“Dipilihnya Gubernur Sulut karena ada terobosan yang dilakukan. Seperti kemajuan pariwisata sehingga mendorong mengalirnya investasi,” ujar Taufik.

Memberikan kuliah umum, bagi Gubernur Olly adalah sebuah kehormatan. Sebab tidak mudah bagi satu universitas yang punya nama mengundang figur.

“Kuliah umum ini menjadi kesempatan Gubernur Olly untuk memperkenalkan Sulut, berikut prospek ke depan.Tidak semua orang mendapatkan kesempatan membawakan kuliah umum. Karena biasanya hanya kepala negara, menteri, tokoh politik maupun sosok yang beprestasi. Ini artinya prestasi Gubernur Sulut telah menarik kalangan akademisi,” jelasnya.

Kehadiran Gubernur Olly tersebut sebagai respon atas undangan dari Ikatan Alumni (Iluni) UI Sekolah Pascasarjana, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung IASTH lantai 3, Kampus UI Salemba Jalan Salemba Raya nomor 4 Jakarta tersebut, Gubernur Olly dipandu oleh moderator Fabian Pascoal SH LLM.

Ketua Umum Iluni Sps Dr Audrey GD Tangkudung, mengatakan kehadiran Gubernur diharapkan akan membuka wawasan bagi mahasiswa UI, khususnya berkaitan dengan prospek  investasi di Sulut.

“Ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa UI karena bisa sharing ilmu dengan Pak Gubernur Olly,” tukasnya.(srv)

(Advetorial Protokol dan Humas Setdaprov Sulut)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.