AIRMADIDI, SULUTREVIEW.COM
Rencana pembangunan rumah ibadah di Desa Tumaluntung kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, baru-baru ini sempat menuai polemik.
Publik dihebohkan dengan video viral terkait pelarangan ibadah yang cukup menyedot perhatian warga net.
Terkait hal tersebut, DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan sikap tetap menjaga komitmen kebangsaan yakni merawat keragaman sebagai bagian dari trilogi perjuangan PSI.
Ketua DPW PSI Sulawesi Utara Melky Jakhin Pangemanan yang ditemui usai berdiskusi dengan Brigade Manguni Indonesia (BMI) Sulut menegaskan, tindakan tersebut telah melanggar prinsip hak asasi manusia dan menentang konstitusi kita yang menjamin kebebasan untuk beribadah.
“Kami tetap berpegang teguh pada komitmen kebangsaan kami, bahwa setiap orang, setiap agama apapun bebas menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing, ” tegas Pangemanan.
Lanjutnya, PSI menyerahkan sepenuhnya proses administrasi pendirian rumah ibadah kepada pemerintah setempat serta para pihak terkait.
“Kami tidak mencampuri pemerintah dalam urusan administrasi yang sudah dan sedang berjalan. Kami hanya menyorot soal pelarangan beribadah,” ucap Pangemanan.
Hal senada dikatakan Ketua DPD BMI Sulut Deany Keintjem. Menurut Keintjem pihaknya senantiasa menjunjung tinggi keberagaman. Apalagi Sulut merupakan barometer kerukunan umat beragama di Indonesia bahkan dunia. Karenanya, Keintjem mengimbau masyarakat jangan terpancing dengan isu yang dapat memecah-belah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI).
“Marilah kita bersama berpikir cerdas menyikapi isu pelarangan ibadah yang sempat viral di media sosial ini. Kita harus mengantisipasi dan menganalisa kebenaran dari permasalahan yang terjadi dan bersama menjaga keutuhan NKRI,” seru Keintjem dalam diskusi bersama DPW PSI Sulut, Kamis (02/08/2019).
Hasil kesepakatan dari musyawarah bersama pemerintah desa, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang dilaksanakan Senin (29/07/2019). pada prinsipnya menyetujui pembangunan Mushola tersebut sepanjang mengikuti prosedur yang ada.
Pantauan media ini, situasi di Perum Agape Tumaluntung sangat kondusif. Warga dengan berbagai latar belakang suku dan agama menjalin hubungan baik.
Ferry, salah satu penduduk Perum Agape mengaku, dalam keseharian warga setempat mampu menjaga tali silaturahmi dengan sesama.
“Di sini kami saling membantu satu sama lain, tidak memandang latar belakang seseorang, keluarga atau kelompok,” kata Ferry.(ray)