Bekraf Menginspirasi Pelaku Bisnis di Sulut Raih Sukses

Manado, SULUTREVIEW

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong pelaku bisnis, baik skala Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Kota Manado dapat mengembangkan dan memajukan usahanya.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan inspirasi dan perubahan mindset bagaimana usaha atau bisnis yang ditekuni semakin bertumbuh.

Direktur Akses Perbankan Bekraf, Yuke Sri Rahayu, mengatakan bekraf merupakan tulang punggung ekonomi dengan sumber daya yang unlimited. Karena manusia yang adalah pelaku usaha memiliki potensi, yakni kreatifitas dan ide-ide cemerlang yang bakal memajukan bisnis yang dikelola.

“Sumber daya manusia sampai kapan pun, selama manusia itu hidup dan survive dia akan senantiasa melakukan inovasi dan kreaktifitas,” katanya pada Temu Bisnis Pelaku Ekonomi Kreatif di Manado, di Convention Center GKIC Manado, Sabtu (29/6/2019).

Rahayu berharap pelaku bisnis di Kota Manado dapat merubah mindset dan dapat mengelola keungan bisnis, sehingga dapat dijalankan bahkan mampu survive serta berdampkak sosial.

“Semua orang punya hak berusaha dan berupaya. Namun untuk dapat berkembang dan maju perlu effort yang luar biasa. “Nah apa kiat dan triknya supaya usaha dapat melejit, kiranya dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi pebisnis yang mengikuti kegiatan,” tandasnya sambil menambahkan tujuan  kegiatan dimaksudkan agar pelaku kreatif memperoleh pengetahuan dan memahami bagaimana mengakses pembiayaan perbankan.

“Pada kesempatan ini, khususnya  perbankan konvensional serta pelaku kreatif dapat mengatur manajemen keuangan bisnisnya, sehingga dapat membedakan  keuangan pribadi dan keuangan perusahaan,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Ir Jenny Karouw MSi menyebutkan saat ini di Sulut terdapat 1,338 Industri Kecil Menengah (IKM), di mana 70% didominasi sektor pangan dan 10%
menggeluti kerajinan.

Namun dengan bergairahnya sektor pariwisata, produk oleh-oleh yang sangat diminati wisatawan, tidak mampu disiapkan sesuai kebutuhan.

“Salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha, seringnya kehabisan produk. Saya tanyakan kepada teman-teman IKM apa yang menjadi kendalanya, ternyata berkaitan dengan sisi permodalan. Atau juga lambatnya pembayaran dari sistem konsinasi,” tukasnya.

Sejauh ini, kata Karouw, sudah ada fasilitas dari perbankan. Tetapi tetap juga terkendala dari sisi manajemen usaha. “Itu selalu menjadi kendala, namun ketika sudah ada produknya, yang perlu dilakukan bagaimana dapat mempertahankan, sehingga produk terus menerus diproduksi tanpa hambatan modal,” ujarnya.

Kegiatan yang diikuti 100-an peserta ini, juga dihadiri Kepala Cabang BRI Manado, Yohanes Kuncoro.

Menurutnya, sudah ada 4,700-an pelaku usaha yang sudah dikucur pinjaman BRI, melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan nominal antara Rp1-25 juta.

“Untuk mendapatkan pinjaman yang pertama kuncinya adalah mampu dan punya usaha untuk dikembangkan. Bisa sektor apa saja, sesuai dengan potensi yang ada,” katanya.

Untuk tahapan pinjaman kredit, Yohanes mengatakan tidak sulit, karena tanpa jaminan agunan. “Cukup KTP, izin usaha dan pas foto. Intinya hanya dua kali saja konsumen datang ke BRI,” ujarnya.

Hadir sebagai pembicara, anggota Komisi V DPR RI Vanda Sarundajang, Kasubdit Perbankan Konvesional Dedy Andriansyah, Perencana Keuangan Ahmad Ghozali, dan pemilik Waralaba  Radja Cendol Danu Sofwan.(eda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *