Manado, Sulutreview.com – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) tercatat menguat dan konsisten pada triwulan II 2024, yang tumbuh sebesar 5,13% (yoy), di atas rata-rata kinerja perekonomian nasional.
Konsumsi
domestik terutama Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah memiliki peranan yang cukup sentral dalam mendorong perekonomian Sulut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sulut, Andry Prasmuko dalam overview menyampaikan distribusi perekonomian Sulut didorong Konsumsi
domestik di triwulan II sebesar 4.45 kemudian konsumsi rumah tangga sebesar 5.01 dan konsumsi pemerintah 3.10.
“Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah memiliki peranan yang cukup sentral dalam mendorong perekonomian Sulut yang pada triwulan II tahun 2024 mencapai 5.13 melampaui nasional yang ada di 5.05. Berdasarkan data ini, maka pertumbuhan ekonomi Sulut tetap kuat dan konsisten,” ungkap Prasmuko dalam agenda BI Basuara Bacirita APBN hertema “Diseminasi Fiskal Moneter” pada Jumat (11/10/24).
Selanjutnya, untuk
inflasi yang terangkun melalui Indeks harga konsumen (IHK) Sulut pada September 2024 mencapai 3,66% (yoy) terus melandai dan diprakirakan akan terjaga di rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1%.
“Meski sempat melandai namu inflasi kita masih akan tetap terjaga,” sebutnya.
Pertumbuhan ekonomi Sulut, jelas Prasmuko tak lepas dari topangan sektor pertanian yang menempati posisi teratas, diikuti perdagangan dan pengolahan.
“Sektor penopang ekonomi Sulut mayoritas merupakan sektor yang labor intensive. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pemetaan lapangan usaha yang didasarkan pada serapan tenaga kerja,” ungkapnya.
Akselerasi sektor pertanian sebagai penopang utama ekonomi Sulut, jelas Prasmuko, produktivitasnya harus terus ditingkatkan.
“Melihat peran pertanian yang penting dalam mendongkrak pertumbuhan ekonnomi Sulut, maka produktivitas harus ditingkatkan. Karena saat ini, untuk tanaman perkebunan tahunan tercatat 22.6, tanaman hortikultura 13.6% dan tanaman pangan berada di 12.1%. Untuk perikanan sebesar 37.8% dan peternakan 11.1%,” beber Prasmuko.
Prasmuko mengingatkan agar produktivitas sektor utama Sulut yang relatif rendah dibandingkan rata-rata produktivitas seluruh sektor, hal ini patut menjadi perhatian mengingat sektor tersebut memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor lainnya.
“Sektor pertanian sebagai sektor terbesar di dunia didominasi oleh subsektor lapangan usaha perikanan dan perkebunan tahunan diperlukan dukungan kelembagaan dan pembiayaan untuk mendorong produktivitas subsektor tersebut,” pungkasnya.(eda)