Manado, Sulutreview.com – DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) melakukan rapat bersama dengan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi 1, Kakanwil Badan Pertanahan Negara (BPN) Sulut dan warga yang bermusyawarah.
Rapat yang digelar di lantai 3 ruang serbaguna dipimpin langsung oleh Ketua DPRD Sulut, dr. Fransiskus Andi Silangen, Rabu (8/2/2023).
Kepala balai wilayah sungai Sulawesi 1, Ir. I Komang Sudana MT, setelah selesai rapat, diwawancarai oleh Sulutreview.com dan beberapa media lainnya terkait bendungan Kuwil Kawangkoan dan banjir yang terjadi di Kota Manado pada beberapa waktu lalu.
Menanggapi terkait hal tersebut, Sudana mengatakan bahwa bendungan Kuwil sebagaimana diketahui mempunyai daya tampung 26,89 juta kubik dengan luas genangan 157 hektar.
“Nah pada saat kejadian banjir yang melanda Kota Manado pada 27 Januari kemarin, debit yang turun itu ±300 mm/hari sangat tinggi sekali itu karena kalau intensitas curah hujan diatas 195 meter/hari itu sudah sangat tinggi. Kita bisa bandingkan 2014 itu debitnya ± maksimum itu 200mm, pada 27 Januari bulan lalu menjadi 300mm, sangat jauh besarnya, ditambah lagi adanya penyumbatan drainase. Jadi dengan kondisi seperti itu bisa dibandingkan, 2014 Kota Manado bisa hampir sepertiganya tenggelam bahkan kantor walikota sekalipun bisa tenggelam,” katanya.
Dirinya bersyukur karena dengan adanya bendungan Kuwil Kawangkoan, kemarin saat terjadinya hujan keras sudah bisa kendalikan di bendungan.
“Saat kejadian hujan keras kemarin kita tutup bendungan pada saat itu elevasinya 96,6 sampai ditutup elevasinya 98.2, jadi bisa menahan sekitar 2,4 juta meter kubik,” jelasnya.
Lanjutnya lagi, kenapa terjadi genangan dibeberapa titik Kota Manado, karena sungai Tondano bertemu dengan sungai Tikala, di samping itu juga ada anak-anak sungai lainnya, itu yang tidak bisa dikendalikan dari bendungan. Kemudian yang terjadi adalah banjir di sungai sebelahnya, seperti di sungai Bailang, sungai Mahawu dan sungai Tikala.
“Kami sudah melakukan normalisasi tetapi dengan besarnya intensitas hujan sehingga badan sungai sudah tidak dapat menampung.” ucapnya.
Ke depan berdasarkan kunjungan dari direktur sungai dan pantai sudah dilakukan penelusuran, pihaknya akan melakukan tanggap darurat. Tanggap darurat yang dimaksud itu yaitu pertama akan menormalisasi muara-muara sungai supaya hilirnya lancar kemudian kita akan melakukan identifikasi pada bagian-bagian titik yang ada longsoran dengan memasang bronjong dan juga ada kegiatan-kegiatan lainnya.
“Kedepannya akan ada program pengendalian ketahanan air/banjir di sungai Tondano, Tikala dan Sario, akan dilakukan pembebasan lahan terlebih dahulu. Sementara sungai Bailang dan Mahawu dengan programnya juga akan disurvei terlebih dahulu, akan dikaji dulu, dibuatkan desain dulu dan buat perhitungan terlebih dahulu,” tutupnya.(lina)
