TERPURUKNYA sektor petanian dan perkebunan yang disumbang oleh anjloknya harga kopra dan pala dalam setahun terakhir ini, membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) triwulan II tahun 2019 yang mencatatkan angka 5,48% (yoy).
Memang jika dilihat dari torehan statistik angka yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), capaiannya sangat membanggakan. Karena mampu bertengger di atas capaian nasional yang berada di level 5,05%. Namun sejatinya, pertumbuhan ekonomi Sulut ini bergerak melambat, jauh panggang dari api. Sebab jangkauan target yang ditetapkan sebesar 6,5% (yoy).
Melihat rekam jejak pertumbuhan ekonomi Sulut tersebut, ternyata ada sektor yang geliatnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian, yakni pariwisata yang pada tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan signifikan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Provinsi Sulut, sejak 2015 mencapai 27.059 orang, kemudian meningkat menjadi 48.288 orang di tahun 2016. Sedangkan tahun 2017 berhasil mencapai angka 86.976 kunjungan dan pada 2018 mencapai 113.255 orang dari target 100 ribu orang. Sementara target 2019 ditetapkan 150 ribu orang.
Catatan angka ini, perlu disikapi bahkan dievaluasi. Pemerintah yang terlalu percaya diri dengan sektor ini, harus mampu berkaca dan melihat ke dalam. Sebab carut marut pariwisata ini tak seindah dari kata-kata semata. Perlu pembuktian mulai dari event-event atau atraksi serta gelaran kreatif hingga penataan destinasi wisata. Sebab untuk apa mampu mengundang ribuan wisatawan jika kemudian setelah habis masanya, tidak ada hasrat bagi wisatawan untuk datang dan kembali lagi.
Parameternya karena sajian pariwisata tidak menarik, destinasi yang ada tanpa ada sentuhan kreatifitas. Demikian juga dengan layanan dan jasa, benarkah sudah memberikan service yang memuaskan serta jaminan bagi wisatawan. Lantas dari sisi keamanan apakah sudah memberikan jaminan. Berikut infrastruktur, seberapa besar kontribusi pemerintah dan pihak ketiga telah menyediakan fasilitas. Benarkah sudah ada perhatian secara maksimal.
Tak kalah pentingnya yang perlu disikapi, apakah sektor ini sudah memberikan dampak bagi kelangsungan perekonomian. Terlebih kesejahteraan masyarakat hingga di strata paling bawah. Apakah UMKM mampu memanfaatkan peluang yang ada. Lantas seberapa besar kontribusi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Dari sumber daya manusia, apakah juga sudah mumpuni dan mampu menjadi tuan rumah yang baik. Etika memanjakan dan memperlakukan wisatawan apakah sudah pada porsi yang benar. Slogan masyarakat Sulut adalah masyarakat yang ramah, perlu dibuktikan.
Akan hal tersebut perlu sumbang saran dari para pelaku pariwisata, akademisi dan pelaku ekonomi. Demikian juga dari pemerintah perlu memiliki komitmen yang kuat agar sektor andalan ini, benar-benar akan membawa perubahan bagi daerah.
Di tengah guncangan dan hantaman ekonomi global, pariwisata menjadi ‘berkat’ yang harus terus digali dan diberdayakan secara terus menerus. Jangan pernah puas dengan hasil yang ada, perlu dibuka konektivitas. Sebab, kalau saat ini yang membanjiri pariwisata adalah wisatawan Cina, maka ke depan perlu kerja keras dan strategi untuk menarik wisman dari negara-negara lainnya.
Promosi pariwisata harus benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh, jangan momen ini hanya dijadikan sebagai kesempatan dan momen untuk melancong para stakeholder, alih-alih studi banding yang kemudian hanya menguras APBD, namun hasilnya nihil.
Pemerintah saat ini telah merespon positif apa yang menjadi kebutuhan pariwisata Sulawesi Utara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan skala super prioritas untuk pembangunan infrastruktur. Diantaranya dengan menopang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang yang bakal disulap menjadi surga dunia pariwisata. Berikut pelebaran bandara Sam Ratulangi serta jembatan di Pulau Lembeh-Kota Bitung.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey meletakkan harapan penuh atas realisasi kebijakan Presiden Jokowi, yang saat ini menambahkan Sulawesi Utara sebagai salah satu dari lima daerah destinasi pariwisata.
“Pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara menjadi harapan pertumbuhan ekonomi baru yang akan mendorong kesejahteraan masyarakat, menekan angka kemiskinan dan mengurangi pengangguran,” tukasnya.(Hilda)