Manado, SULUTREVIEW – Perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini tak pernah lekang oleh waktu. Sosok pelopor emansipasi wanita yang lahir di Jepara-Jawa Tengah pada 21 April 1879 ini, selalu dikenang oleh setiap perempuan yang menginginkan kesetaraan tanpa melihat derajat maupun gender.
Kartini-Kartini modern dengan karya-karya terbaiknya yang mengisi kemajuan bangsa.
Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Voura Kumendong SH, mengatakan bahwa dirinya sangat menghargai dan mengapresiasi RA Kartini. Hal itu diwujudkannya dengan bekerja sebaik-baiknya. Terutama di bidang tugas dan kerja yang dipercayakan pimpinan.
“Untuk melanjutkan perjuangan Kartini di sektor pariwisata, hal yang harus diseriusi adalah melakukan promosi pariwisata secara gencar. Dengan demikian akan banyak wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke Sulut. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang secara langsung akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” tutur Kumendong, Jumat (20/4).
Masih kata Kumendong, tingkat destinasi wisata yang ada di Sulut, semakin berbenah dan semakin bertambah. Sehingga daya tarik pariwisata daerah ini perlu dikenalkan ke berbagai belahan dunia. “Untuk kunjungan turis mancanegara, sejauh ini masih didominasi Tiongkok. Ke depan, diharapkan akan semakin banyak lagi turis mancanegara lainnya yang tertarik untuk datang ke Sulut,” tukasnya.
Sementara itu, menurut Kepala Bidang Pengembangan, Kelembagaan Kepariwisataan Disparda Provinsi Sulut, Dra Ivonne Kawatu, nafas perjuangan RA Kartini telah mendorongnya untuk peduli dengan pelaku usaha pariwisata, sebut saja guide atau pemandu wisata hingga petugas hotel. Mereka secara intens diedukasi dan dioptimalkan wawasannya.
“Guide atau pemandu wisata maupun petugas hotel adalah ujung tombak dari kemajuan pariwisata. Peran mereka sangat penting bagi kemajuan pariwisata. Oleh sebab itu, pengetahuan dan wawasan mereka harus terus diasah. Sehingga mereka menjadi pelaku pariwisata yang andal di bidangnya,” tutur Kawatu.
Tak itu saja, untuk menunjang banjirnya wisatawan Tiongkok di Bumi Nyiur Melambai, Kawatu bahkan menggulir program dengan memberikan kursus Bahasa Mandarin gratis. Dengan harapan, kendala bahasa dapat teratasi. Sehingga turis Tiongkok pun semakin senang ketika melancong ke Sulut.
“Untuk kursus Bahasa Mandari baru saja selesai, para lulusan diharapkan dapat lebih banyak menceritakan keindahan destinasi pariwisata yang ada di Sulut,” kuncinya.(hilda)