Tower SUTT Lolak-Boroko Kritis, PLN Secepatnya Lakukan Pemulihan Jaringan

Manado, SULUTREVIEW – Akibatnya derasnya luapan sungai telah menyebabkan tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) nomor 73 Lolak-Boroko dalam kondisi kritis.

Sebagai langkah antisipasi, PLN Suluttenggo mengambil langkah cepat dengan melakukan operasi sistem terpisah (isolated) terhadap sistem transmisi 150 kV Sulut -Gorontalo sebelum pondasi tower nomor 73 terkikis oleh banjir.

Tim kerahkan kemampuan lakukan pemulihan jaringan

General Manager PT PLN Wilayah Suluttenggo, Baringin Nababan menyatakan bahwa, saat ini PLN telah menugaskan Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
(PDKB) Manguni.  “Sistem Area Penyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) Minahasa untuk meminimalisir resiko yang dapat terjadi dengan melakukan scoring atau penguatan terhadap tower nomor 73. Selain itu PLN sementara mendatangkan material tower emergency dari Poso,” katanya.

Sebelumnya sistem Kelistrikan Sulut-Gorontalo, sambung Baringin, yakni yang terhubung dengan Jaringan Interkoneksi Transmisi 150 ribu Volt (150 kV), sejak Sabtu (10/6) beroperasi terpisah (isolated). Hal ini disebabkan adanya gangguan pada Tower nomor 73 jalur Lolak-Boroko yang menghubungkan Sulut dengan Gorontalo.

Di mana akibat hujan yang melanda daerah Sulawesi Utara pada beberapa hari ini menyebabkan meningkatnya debit air secara signifikan disertai berpindahnya jalur sungai yang berada di Desa Solok, Kabupaten Bolaang Mongondow.

“Sehingga hal tersebut mempengaruhi kekuatan dari pondasi tower nomor 73 yang saat ini dalam keadaan kritis karena tergerus oleh aliran sungai. PLN memohon maaf atas gangguan yang terjadi pada sistim transmisi 150 kV sehingga mengganggu aktivitas pelanggan dalam menunaikan ibadah saat bulan Ramadhan ini,” jelasnya.

Pekerjaan pembangunan tower emergency ini, sebut Baringin, diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. “Saat ini petugas PLN sedang melakukan pelepasan kabel konduktor transmisi antara tower 73 dengan tower terdekatnya yaitu tower 72 dan tower 74. Hal tersebut dimaksudkan agar mengantisipasi tarikan yang dapat terjadi, karena apabila tidak segera dilepas akan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih luas apabila pondasi tower 73 yang tergerus aliran sungai sudah tidak bisa menopang tower tersebut,” tukasnya.

Meskipun beroperasi secara terpisah, namun kemampuan suplai listrik dari pembangkit baik di Sulawesi Utara maupun Gorontalo masih cukup untuk mensuplai pelanggan. Dimana daya mampu Sistim Sulut sebesar 269 MW dengan Beban Puncak di kisaran 251 MW, sedangkan daya mampu Sistem Gorontalo yaitu 114 MW dengan Beban Puncak 90 MW sehingga masing- masing sistim memiliki cadangan sebesar 18 MW dan 24 MW.

Sementara black out yang terjadi di Area Gorontalo pada Sabtu,(10/06) malam dan Minggu (11/6) siang , tersebut diakibatkan masih cukup seringnya terjadi gangguan di sisi jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV yang diakibatkan oleh gangguan pohon, menyebabkan terjadinya kejutan listrik (trip) yang berdampak kepada mesin pembangkit. Akibat kejadian gangguan tersebut, menyebabkan mesin pembangkit ikut terhenti beroperasi secara tiba-tiba karena sistem proteksinya bekerja dengan baik.

“Saat ini PLN sedang menyusun langkah jangka panjang termasuk rencana kemungkinan melakukan pergeseran posisi tower existing (re-route) agar berada di posisi lebih aman dari jangkauan aliran sungai sehingga hal seperti ini dapat diminimalisir ke depannya”, tutup Baringin.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.