Oleh : Hilda Margaretha
BAU amis atau anyir dari sisik ikan yang menyengat hidung itu tak dihiraukan Tjahyani, ia sudah terbiasa dengan aroma khas tersebut. Tangannya dengan telaten memunguti dan mengumpulkan limbah yang telah dibuang oleh pedagang ikan di salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Manado.
Setelah dirasa cukup, Tjahyani yang akrap disapa Yannie ini, kemudian pulang membawa sisik ikan untuk diproses. Ia mengeluarkannya perlahan dari tas plastik dan memindahkannya ke dalam ember berwarna hitam sedang yang telah ditaburi detergen dan pemutih pakaian untuk direndam selama beberapa waktu.
Langkah selanjutnya, Yannie memastikan bahwa sisik ikan harus bersih dari kotoran, tak berlendir dan tak berbau, yang kemudian diikuti dengan tahapan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari sehingga sisik ikan benar-benar kering sempurna.
Agar tampilan aksesori menjadi cantik dan menarik, maka sisik ikan diberi warna. Pada tahapan ini, dibutuhkan ketelitian dan keterampilan. Satu persatu Yannie merangkai dan merekatkan sisik ikan dengan bantuan peralatan yang sederhana.
Untuk sebuah anting, gelang dan bros, Yannie hanya membutuhkan pengait yang telah dibelinya di toko. Demikian juga dengan kalung, yang dikombinasikan pernak-pernik lainnya sesuai kebutuhan sampai menjadi aksesori yang bernilai dan mampu bersaing dengan produk pabrikan.

Karya seni Yannie, yang dikerjakan di rumah kediamannya yang ada di Kelurahan Sario Tumpaan Kota Manado, dengan dibantu beberapa orang tetangga itu, bermula dari rasa iseng dan coba-coba, yakni pada tahun 2013 silam. Namun setelah ditekuni, jerih lelahnya terus berkembang dan sukses mengubah perekonomian keluarga.
Menariknya, pelanggan dari produk sisik ikan Yannie, telah merambah skala nasional dan internasional. Mulai dari ibu rumah tangga sampai jajaran istri pejabat yang bangga mengenakan aksesori buatan tangannya.

Aktivitas Yannie, kini banyak dilirik berbagai kalangan, dengan mendapatkan kesempatan mengikuti berbagai ajang pameran sebagai ruang yang efektif untuk mengekspresikan ide dan hasil karyanya. Teranyar, Yannie memboyong aksesori sisik ikan sampai ke Amerika tepatnya di Washington dan New Jersey.
“Limbah sisik ikan yang dibuang di tempat sampah ini, ternyata mendatangkan banyak rezeki bagi saya dan keluarga,” ujarnya.

Tak berpuas diri, Yannie terus mengasah keterampilannya dengan membuat kain ramah lingkungan, ecoprint sebagai ladang bisnis yang menggiurkan. Bahan baku yang dibutuhkan sangat sederhana, hanya kain berbahan pelepah pisang abaka dari Talaud yang diberi motif dedaunan dari tanaman pagar, seperti gedi, daun katu, daun kelor, daun Ketapang hingga bunga kering dan dahan kering.
Gayung pun bersambut, sebagaimana aksesori sisik ikan yang berhasil, ecoprint buatan Yannie juga makin populer. Berbagai macam syal atau scarf, selendang hingga outer maupun tas wanita yang cantik.
“Teknik pembuatannya tidak sulit, mulai dari persiapan produk hingga pewarnaan yang tanpa menghasilkan limbah, karena dibuat secara tradisional dan ramah lingkungan,” kata Yannie, yang saat ini telah diganjar penghargaan UMKM hijau.
Pertamina Bawa Sisik Ikan dan Ecoprint Naik Kelas
Bertahun-tahun berkutat dengan limbah sisik ikan dan tanaman pagar, ternyata Yannie tak sendiri. Ada support system yang mendorongnya sehingga mencapai sukses seperti saat ini. Dalam hal pendanaan maupun pelatihan sumber daya manusia. Ia berterus terang, langkahnya dalam berusaha banyak mendapatkan bantuan dari PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi.
Sebagai mitra binaan PT Pertamina, Yannie mendapatkan banyak ilmu, bagaimana proses pemasaran hingga usahanya terus berkembang. “Sebagai mitra binaan, PT Pertamina telah memberikan banyak ilmu dan terus mendorong saya sampai sukses seperti sekarang ini,” tukasnya.
Di tangan Yannie, limbah yang telah dibuang, kini menjadi hiasan indah. Ide-ide cemerlang yang dituangkan dalam karya itu, menjadi energi yang terus memotivasi untuk melakukan inovasi.
Diketahui, pihak PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi, dalam komitmennya, terus memberikan dukungan unutuk memberdayakan UMKM dalam mendorong ekonomi inklusif.
Area Manager Communication Relations & CSR Sulawesi T. Muhammad Rum mengatakan bahwa UMKM adalah tulang punggung ekonomi daerah. “Kami tidak hanya mendorong agar UMKM maju dan berkembang, tetapi juga berkomitmen untuk memberdayakan perempuan dan membuka akses pasar yang luas. Bahkan lebih dari itu, juga menjalin kemkitraan strategis.
Hingga saat ini, Pertamina Patra Niaga telah mendampingi UMKM yang tergabung dalam mitra binaan di berbagai sektor, mulai dari kerajinan, kuliner, pertanian hingga industri kreatif.
“Pendampingan mulai dari akses permodalan, pelatihan digital marketing, pengembangan produk sertifikasi hingga ajang pameran nasional maupun internasional,” ungkap Rum sembari menambahkan UMKM adalah wujud nyata kemandirian Masyarakat.
“Selain sebagai tulang punggung perekonomian, UMKM adalah wujud kemandirian Masyarakat. Ini menjadi komitmen Pertamina untuk untuk terus hadir bersama pelaku UMKM. Bahkan terus mendorong dan membangun ekosistem yang membuat mereka lebih tangguh dan berdaya saing, terutama di era digital,” tandasnya.(*)













