Prioritaskan Program Presiden Prabowo, OJK Sulutgomalut Andalkan Empat Arah Kebijakan

Manado, Sulutreview.com – Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara (OJK Sulutgomalut) bersama perbankan yang ada di Bumi Nyiur Melambai, menyatakan prioritas dukungan terhadap realisasi program dari Presiden Prabowo Subianto.

Dikatakan Kepala OJK Sulutgomalut, Robert HP Sianipar, OJK telah merumuskan empat kebijakan prioritas 2025 yang bertujuan menjaga Sektor Jasa Keuangan agar tetap resilient sehingga mampu memberikan daya ungkit yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi.

Arah Kebijakan OJK 2025 tersebut menurut Sianipar, mencakup :

  1. Optimalisasi kontribusi sektor jasa keuangan dalam mendukung pencapaian
    target program prioritas pemerintah.
  2. Pengembangan sektor jasa keuangan untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan
  3. Penguatan kapasitas sektor jasa keuangan dan penguatan pengawasan
  4. Meningkatkan efektivitas penegakan integritas dan perlindungan konsumen dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap sektor jasa keuangan.

Pertama, optimalisasi kontribusi sektor jasa keuangan dalam mendukung pencapaian target program prioritas pemerintah, adalah dukungan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan ketahanan pangan melalui kemudahan akses pembiayaan dengan skema penyaluran kredit dan penjaminan khusus kepada petani dan UMKM, pengembangan asuransi parametrik, serta kolaborasi antara Kantor OJK di daerah dengan Pemerintah Daerah.

“Ini adalah upaya mengembangkan ekosistem pembiayaan komoditas unggulan daerah dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan rantai pasok bagi program MBG,” jelas Sianipar saat membuka Media Update Kantor OJK Provinsi Sulutgomalut Triwulan 1 2025, yang dilaksanakan di hotel Amaris Manado, Senin (03/03/2025).

Dukungan OJK dan perbankan, katanya, diarahkan untuk bidang kesehatan dan pendidikan melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menyempurnakan ekosistem asuransi kesehatan serta peningkatan pemahaman keuangan masyarakat melalui integrasi materi literasi keuangan.

Tak kalah pentingnya, adalah dukungan dalam program pembangunan 3 juta hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui perluasan akses kredit/pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi MBR berupa penilaian kualitas aset hanya berdasarkan 1 pilar serta pengenaan bobot risiko rendah dan granular, pembentukan task force bersinergi dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman serta stakeholders.

“Juga memberikan keleluasaan pembiayaan untuk pengadaan/pengolahan tanah, fine tuning skema produk investasi terstruktur, serta penguatan industri asuransi dan penjaminan melalui penjaminan kredit modal kerja, asuransi properti, dan asuransi jiwa kredit,” tukasnya.

Memperkuat ketahanan dan likuiditas perekonomian nasional melalui mekanisme pemasukan dan penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) ke dalam sistem keuangan Indonesia.

Kedua, untuk pengembangan sektor jasa keuangan untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, yakni memberikan mandat yang semakin luas bagi OJK untuk mengatur dan mengawasi Aset Keuangan Digital termasuk Aset Kripto (AKD-AK), instrumen derivatif Keuangan dengan underlying efek, kegiatan usaha bulion, koperasi di sektor Jasa Keuangan open-loop, serta Perusahaan Induk Konglomerasi Kevangan (PIKK).

“Bertambahnya jenis industri akan memberikan ruang bagi sektor kevangan untuk tumbuh dan lebih berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, melalui:

Pengembangan instrumen keuangan yang semakin variatif akan mendukung pendalaman pasar dan diselaraskan agar sejalan dengan arah pengembangan sektor jasa keuangan secara keseluruhan.

Penyempurnaan infrastruktur perizinan dan pengawasan, termasuk menetapkan kelembagaan dan kepengurusan PIKK.

Penetapan kelembagaan dan kepengurusan PIKK dalam rangka penataan Konglomerasi Kevangan.

Pendalaman pasar keuangan juga dilakukan melalui pengembangan arsitektur ekosistem Credit Reporting System (CRS) yang lebih luas dengan berbasis SLIK, Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) dan Pemeringkat Kredit Alternatif (PKA), diversifikasi dan pengembangan instrumen di pasar modal, peningkatan peran industri keuangan syariah, serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan untuk memperluas basis investor dan konsumen.

OJK konsisten mendukung pencapaian komitmen net zero emission Indonesia dengan meningkatkan peran Sektor Jasa Kevangan dalam inisiatif keuangan berkelanjutan, melalui penerbitan Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) versi 2 serta peningkatan kerja sama dengan kementerian dan lembaga untuk melengkapi ekosistem bursa karbon Indonesia.

Ketiga, adalah penguatan kapasitas sektor jasa keuangan dan penguatan pengawasan penguatan aspek kapasitas kelembagaan untuk meningkatkan daya saing dan ketahanan sektor jasa keuangan dilakukan melalui konsolidasi industri, peningkatan tata kelola, manajemen risiko dan transparansi, penegakan ketentuan terhadap lembaga jasa keuangan yang belum memenuhi ekuitas minimum, penyempurnaan pengaturan penyelenggaraan pindar/fintech peer-to-peer (P2P) lending dan produk Buy Now Pay Later (BNPL), serta penataan terhadap profesi di Sektor Jasa Keuangan.

Dalam rangka penguatan pengawasan yang lebih komprehensif dan cepat dengan menggunakan sumber daya yang lebih efisien, penguatan pengawasan sektor jasa keuangan untuk menyelaraskan dengan perkembangan kompleksitas sektor jasa kevangan, melalui integrasi supervisory technology (suptech) dalam proses pengawasan dengan memanfaatkan teknologi Big Data Analytics dan Artificial Intelligence (Al), transformasi pengawasan berbasis teknologi informasi, serta pengembangan tools pengawasan.

Keempat, arah kebijakan OJK, adalah meningkatkan efektivitas penegakan integritas dan pelindungan konsumen dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap sektor jasa keuangan penyempurnaan ekosistem penegakan integritas di sektor jasa keuangan, melalui kolaborasi aktif bersama aparat penegak hukum serta instansi atau lembaga berwenang lainnya untuk mencegah lembaga jasa keuangan dijadikan sarana tindak kejahatan, penguatan peran Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Illegal (Satgas PASTI), pembentukan Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) yang diperkuat dengan rencana pembentukan Global Anti-Scam Alliance (GASA) Indonesia Chapter, pembentukan database fraudster terintegrasi melalui Sistem Informasi Pelaku di Sektor Jasa Keuangan (SIPELAKU), serta penerapan Strategi Anti Fraud bagi LJK.

“Pengaturan mekanisme dan tata cara pemasaran produk keuangan yang lebih transparan dalam rangka memperkuat pelindungan konsumen dan investor serta penerapan prinsip akuntabilitas untuk meminimalisasi potensi kerugian konsumen,” pungkas Sianipar.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *