Manado, Sulutreview.com – Lokananta adalah film yang memperlihatkan keindahan alam di Minahasa Utara, menceritakan tentang musik tradisional Kolintang yang berasal dari Minahasa dan cinta yang terhalang oleh keyakinan.
Cerita film oleh Puguh P. S. Admaja, di produksi oleh Adglow Picture dan Phicos Production, dibintangi oleh Bupati Minahasa Utara (Minut), Joune Ganda, Fidra Azalia, Brian Andrew, Ray Sahetapi, Syakir Daulav, Rinoa Aurora.
Awal film dimulai pada 5 tahun silam. Dimana Ananta pemeran utama perempuan, diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan pendidikannya di Kairo, Mesir. Keberangkatannya di Kairo untuk menempuh pendidikan juga merupakan janji Ananta kepada sang ayah.
Untuk menepati janjinya, Ananta yang mencintai musik dan juga merupakan penyanyi di grup band harus pamitan pada teman – teman bandnya dengan perasaan sedih untuk menghilangkan kesedihannya Ananta memutuskan untuk liburan ke Minahasa Utara dan menginap di Hotel Casabaiao, Likupang. Kedatangan Ananta di Bandar Udara Sam Ratulangi, Kota Manado, di jemput oleh pemeran utama lelaki yang bernama Loka adalah anak muda yang mencintai musik tradisional dari Minahasa yaitu musik Kolintang, Loka pun tergabung dalam sanggar musik Kolintang. Ananta begitu kagum dengan keindahan alam yang ada di Minahasa Utara.
Dalam film ini Joune Ganda berperan sebagai ayah kandung Loka. Bagi Ananta, Loka adalah cowok yang baik. Di Manado, Ananta bertemu dengan teman – teman Loka di Sanggar Kolintang, Ananta pun langsung akrab dengan teman Loka yang bernama Shine, Natan dan Koko.
Kehadiran Ananta di sanggar musik Kolintang membuat Loka memiliki ide untuk mengkolaborasikan irama musik bandnya Ananta dan musik kolintang.
Seiring berjalannya waktu, liburannya Ananta membawa hatinya mengagumi Loka sehingga hari demi hari benih cinta tumbuh di hati dua insan ini, yakni Loka dan Ananta. Tapi sayangnya benih cinta ini terhalang oleh agama. Loka yang beragama Kristen Protestan sedangkan Ananta beragama Islam pun bertahan dengan cinta mereka yang bertolak belakang karena agama. Perbedaan keyakinan tersebut membawa ayah Ananta datang ke Manado dan bertemu dengan ayah Loka. Tapi ayah mereka tidak merestui hubungan mereka. “Musik yang menyatukan cinta Ananta dan Loka,” kata Ananta di depan ayahnya dan ayah Loka.
Akhirnya Ananta harus berpisah dengan Loka. Ananta kembali ke Jakarta dan menepati janji pada ayahnya untuk sekolah di Kairo.
“Cinta sejati tak seharusnya menyatu karena terkadang cinta sejati itu terpisah, namun tak ada yang berpisah, hadiah dari Tuhan adalah perasaan cinta aku ke kamu. Loka terlalu indah untuk dilupakan, namun apa yang aku yakini dan dia yakini berbeda,” tulis Ananta dalam buku diary nya.
Setelah menyelesaikan study S1 di Kairo, Ananta kembali ke Jakarta, Indonesia. Keluarga Ananta pun menyambutnya di rumah dengan meriah, tak hanya itu saja Ahmad Syafir yang merupakan calon suami Ananta yang dijodohkan oleh ayah Ananta melamar Ananta.
Untuk merayakan HUT Ananta, Syafir yang tahu bahwa Ananta yang suka dengan musik Kolintang mengundang Loka yang adalah pemain musik Kolintang terkenal untuk berkolaborasi dengan musik yang akan dinyanyikan Ananta.
Pertemuan mereka ini, membuka kembali kisah cinta mereka yang tak bisa menyatu. Ananta dan Loka sepanggung, Ananta menyanyikan lagu nya yang diiringi oleh musik Kolintang yang dimainkan oleh Loka.(lina)