PT MSM Sebut Muasal Limbah Air Panas di Lingkar Tambang, Bukan dari Tokatindung

Aliran limbah air panas di DAS

Likupang, SULUTREVIEW

Limbah air panas yang ditakutkan warga di lingkar tambang PT Meares Soputan Mining (MSM) Likupang, disebut-sebut bukan berasal dari lokasi tambang Tokatindung. Melainkan dari Gunung Araren, tempat PT Tambang Tondano Nusajaya beroperasi.

Limbah air panas yang mengalir ke sungai di sekitar desa lingkar tambang, bersumber dari lokasi tambang Araren. Dimana keberadaan air panas yang ada tidak konsisten.

“Sumber air panas itu dari Gunung Tangkoko, Klabat dan Dua Sudara, yakni air panas yang dari semula tidak terprediksi,” kata Kepala Teknik Tambang, Sarto saat memberikan keterangan kepada Komisi IV DPRD Sulut yang berkunjung ke Maesa Camp PT MSM, Selasa (5/6/2019).

Adanya sumber mata air panas di lokasi Yayasan Sander Batuna, Hotel Paradise Casabaio, Pantai Batuputih merupakan indikasi bahwa sumber air telah diketahui oleh masyarakat sekitar tambang.

“Bahkan saat ini akan dimanfaatkan kolam tampung dan rencana rekreasi (YSB) dan wisata lokal,” ujarnya.

Sejauh ini, indikasl mata air di lokasi Tambang Araren, yakni munculnya air hangat di tambang Pajajaran, diketahui tidak konsisten, karena sesekali waktu hilang.

Komisi IV DPRD di Maesa Camp PT MSM.

“Mata Air panas terdeteksi pada beberapa titik lubang bor eksplorasi di kedalaman tertentu di lokasi Araren namun tidak konsisten dan belum teridentifikasi secara lengkap. Hal ini di luar prediksi Studi Kelayakan Tahun 1997, 2009, 2016,” urainya sambil menambahkan
indikasi kemunculan mulai signifikan pada kwartal 2 tahun 2017.

Sebenarnya, fenomena mata air panas, kata Sarto juga muncul di sejumlah pertambangan emas di Indonesia, yakni tambang terbuka dan tambang dalam Togurad di Pulau Halmahera-Malut, tambang dalam Kencana di Pulau Halmahera-Malut, tambang terbuka Montoling Timur, di Minahasa Selatan dan tambang terbuka Araren di Bitung.

Sarto menegaskan PT MSM, sejauh ini sangat memperhatikan kelangsungan pengolahan limbah, melalui dam tailing dan proses sejumlah tahapan filterisasi di trip Pangisan yang mengalir1x 24 jam.

Sarto Manager Teknik saat memberikan penjelasan ihwal munculnya air panas.

“Hasil pemeriksaan, adalah sesuai baku mutu kategori IV, dan tidak terdeteksi kandungn metal,” tukasnya.

Diketahui, operasional PT MSM, sejauh ini sudah menghasilkan US$ 76,4 juta (2018), dan besaran realisasi pajak US$ 72,5 juta.

Jumlah pekerja lokal yang bernaung di PT Archi Indonesia (AI Indonesia) mempekerjakan 2.432 orang.

Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPRD Sulut, James Karinda yang didampingi Fanny Legoh, Herry Tombeng, Muslimah Mongilong, Nori Supit, Inggrid Sondakh dan Sisca Mangindaan mengatakan
masyarakat lingkar tambang sangat takut menggunakan air dari seputaran daerah ini. Sehinggal angkah apa yang harus dilakukan perusahaan terhadap masalah ini.

“Kami sudah turun ke 4 desa untuk melihat langsung ke masyarakat. Kami juga melihat kondisi sungai-sungai, ketemu lurah Desa Pinasungkulan dan Desa Winenet.
Kami ingin dengar versi masyarakat dan Pemerintah Desa, mengapa sampai takut menggunakan air dari seputaran daerah ini yang dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kesehatan,” kata Karinda.

“Dulunya sebelum ada limbah air panas, banyak ikan dan udang. Tetapi saat ini sudah tidak ada lagi. Kami perlu mengetahui, apa yang menjadi penyebabnya,” ungkap Karinda sambil menegaskan agar perusahaan dapat memberikan penjelasan sekaligus juga dapat menjamin ketersediaan air bersih.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulut, Ir Marly Gumalang menjelaskan bahwa isu dugaan pencemaran lingkungan perlu didukung dengan penjelasan yang didasarkan pada penelitian dan pemeriksaan.

“Ketika terjadi isu dugaan pencemaran, maka perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan. Dan ternyata tidak melampaui baku mutu, karena ada pemeriksaan dan pelaporan rutin,” tandasnya.

Turut hadir, Jeffry Montgomery  Manager Development, Public Relation Herry Inyo Rumondor, Legal Manager Sapta, dan jajaran BLH Sulut.

Diketahui, permasalahan limbah air panas PT MSM dan TTN yang mengalir di Daerah Aliran Sungai (DAS) pemukiman warga lingkar tambang sangat menganggu warga. Terutama untuk aktivitas keseharian dan mencari ikan di sungai.

Menurut pengakuan salah satu warga Desa Resetlemen Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara, bahwa limbah air panas PT MSM/TTN sudah sangat mengkhawatirkan.

“sebelum ada perusahaan, air sungai dingin dan kami hampir selalu mencari ikan di sungai ini, banyak ikan yang kami dapat. Tetapi, setelah kurang lebih dua tahun belakangan ini, air sungai menjadi panas dan ikan di dalam sungai sudah tidak ada lagi,” ujar Maikel yang merupakan tokoh masyarakat dan juga pengurus di salah satu LSM.(eda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *