Naker Terampil dan SDM Berkualitas, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Sulut

Manado, SULUTREVIEW – Tahun 2010-2030 diprediksikan bahwa mayoritas dari penduduk Sulawesi Utara (Sulut) berada pada usia produktif, yakni usia 15-64 tahun.

Kondisi ini merupakan bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan balk. Terutama pada momentum perekonomian global yang berangsur pulih dan terus bertumbuh positif.

“Jumlah penduduk dengan usia produktif di Provinsi Sulut diproyeksikan akan terus bertumbuh hingga tahun 2030 dengan dependency ratio yang semakin kecil hingga di angka 0,47,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardojo di Focus Group Discussion (FGD) yang bertajuk “Membangun Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing Menuju Sulut Hebat 2021” di aula BI Kamis (15/2/2018).

Pada kegiatan yang berkolaborasi dengan lkatan Alumni UI (Iluni) Sulut ini, Soekowardojo kembali mengatakan bahwa bonus demografi berisiko menambulkan kondisi middle income trap atau jebakan kelas menengah. “Apablla tidak dimanfaatkan dengan baik, hal ini akan berisiko gab. Karena itu harus dibarengi dengan kualltas SDM, sebagai penentunya. Berikut kualitas pendldlkan dan kesehatan masyarakat Sulut,” sebutnya sambil menambahkan pada 2017 perekonomian global maupun nasional masih berada pada momentum pemulihan. Pun dengan perekonomian Provinsu Sulut tahun 2017.

“Berdasarkan pertumbuhan PDRB selama 4 tahun terakhir terus membaik dengan capaian 6,32 persen. Dibarengi tingkat inflasi yang rendah, belum mencapal potensialnya sebesar 7 persen dan masih berada di bawah provinsi lain dl KTl, khususnya kawasan Sulawesi,” tambah Soekowardojo.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulut, Drs Steven Kandouw menegaskan peningkatan kualitas SDM lokal sangat penting. Terutama dalam pengentasan kemiskinan.

“Beberapa indikator menunjukan bahwa kualitas SDM Provinsi Sulut menunjukkan pelemahan, yang terlihat dari indeks pendidlkan dan indeks kualitas guru Sulut. Ditambah dengan tingkat UMP Provinsi Sulut yang menempati posisi ke-3 tertinggi nasinonal,” ujarnya.

Lebih jauh, ungkap Kandouw, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulut tahun 2016 berada di bawah rata-rata TPAK Naslonal, yang cukup rendah bahkan dlbandlngkan dengan Maluku Utara. Hal ini diperburuk dengan Tingkat Pengangguan Terbuka (FPT) Provinsi Sulut yang berada di atas rata-rata nasional.

Tingkat Pengangguran Provinsi Sulut adalah sebesar 7,18 persen pada tahun 2017, dimana angka tersebut berada pada urutan ke-7 tertinggi nasional. Relatif tingginya pengangguran dimaksud terutama disebabkan oleh kualitas tenaga kerja yang mempunyai keterampilan yang relatif rendah.

Akan hal tersebut, BI memberlkan advisory kepada Pemprov Sulut dan stakeholders terkait dalam rangka mencari solusl, antara lain, dengan menyusun roadmap demand tenaga kerja. Sebagai upaya peningkatan SDM yang terukur dan berdasar pada pemetaan akar permasalahan.

Pencapaian tersebut perlu dlevaluasl setiap tahun, serta dinamis menyesuaikan perkembangan zaman

Poin kedua, peningkatan skill/SDM via pendidikan dasar keahlian dan keterampilan dengan memperkuat kolaborasi antara akademisi dan lndustri penyerap tenaga kerja baik lokal maupun dl luar provinsi.

Tak kalah pentingnya, adalah menlngkatkan kualitas serta size dari sentra-sentra pelatihan keterampilan tenaga kerja dengan memperkuat peran para ahll dl bldang terkait, terutama yang berasal dari Sulawesi Utara untuk meningkatakan motivasi bagi calon tenaga kerja dalam meniti karir profesional dl bidangnya masing-masing.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *