Manado, SULUTREVIEW – Video pembakaran anjing hidup-hidup yang diviralkan dan mendapatkan sorotan dunia internasional menuai kekecewaan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey SE.
Pasalnya, video yang ditayangkan tersebut dikabarkan hoax dan sengaja diciptakan agar memberikan image dan citra buruk bagi masyarakat Sulut yang notabene mengonsumsi daging binatang tersebut.
Dikatakan orang nomor satu di Sulut ini, media sangat penting bagi kemajuan dan perkembangan daerah. Namun sangat disayangkan jika terkait hal ini ada individu maupun kelompok yang menyebarkan kabar hoax yang tentu saja sangat merugikan Sulut yang saat ini sedang giat-giatnya mempromosikan sektor pariwiaata.
“Saya tahu peran wartawan dan media sangat berpengaruh terhadap pembangunan daerah. Tetapi dengan adanya pemberitaan hoax, saya khawatir akan berdampak pada pariwisata daerah kita,” ungkap Dondokambey saat hadir di Forum Group Discussion bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut, Jumat (26/1/2018).
Anjing yang dikonsumsi masyarakat Sulut, jelas Dondokambey adalah anjing yang sengaja diternak, yakni anjing kampung. Bukan dobermen. Di mana prosesnya diawali dengan memukul sehingga mati dan kemudian dibakar untuk menghilangkan bulunya. “Jadi bukannya dibakar hidup-hidup,” katanya.
Akan hal ini, Dondokambey menambahkan bahwa dirinya sudah puas diperlakukan tak adil. “Biarlah kenyataan yang akan membuktikannya bukan cerita-cerita. Banyak orang pura-pura baik tetapi sebenarnya punya maksud jahat,” tandasnya sambil menambahkan bahwa dirinya siap menerima koreksi maupun kritikan asalkan untuk kemajuan Sulut yang lebih baik. “Silahkan koreksi dan kritisi saya, tetapi yang membangun,” ujarnya.
Diketahui, video viral yang beredar dan mendapati sorotan dunia internasional adalah penyiksaan anjing di Tomohon. Di mana dalam video tersebut difilmkan oleh para aktivis di Kota Tomohon dan Kota Langowan.
Dari video yang beredar di Youtube itu menampilkan anjing-anjing dipukul kemudian dibakar. Bukan hanya anjing, para pedagang juga menjual hewan-hewan lain untuk dikonsumsi seperti monyet, kucing, dan kelelawar yang dijual di pasar tradisional.(hilda)