Pasokan Apel dan Semangka Melimpah, Manado Kembali Catat Deflasi 0,09%

Manado, SULUTREVIEW – Penurunan harga buah apel dan semangka yang disebabkan oleh melimpahnya pasokan menjadi salah satu indikator deflasi Kota Manado.

Pada bulan November 2017, Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara (Sulut) yang diwakili oleh Kota Manado kembali mencatat deflasi yakni sebesar -0,09% (mtm), sehingga telah tercatat mengalami deflasi sepanjang 4 bulan terakhir sejak Agustus 2017.

“Kelompok volatile food (VF) tercatat deflasi sebesar -0,18% (mtm). Penurunan tekanan harga di kelompok VF didorong oleh turunnya harga aneka buah-buahan khususnya buah apel dan semangka seiring dengan melimpahnya pasokan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardojo Senin (5/12/2017).

Realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis bulan November 5 tahun terakhir yang tercatat inflasi 1,14% (mtm). Dengan angka tersebut, maka secara tahunan inflasi Sulut pada November 2017 tercatat sebesar 0,38% (yoy), dengan  demikian inflasi tahun kalender sebesar 1,93% (ytd).

Deflasi Sulut pada bulan November tersebut berbeda arah dibandingkan dengan nasional yang mencatat inflasi. Nasional mencatat inflasi sebesar 0,20% (mtm), dan secara tahunan sebesar 3,30% (yoy).

“Terjadinya deflasi pada November 2017 didorong oleh penurunan harga pada kelompok volatile food (VF) dan administered prices (AP) serta meredahnya tekanan harga pada kelompok inflasi inti (core),” ujarnya.

Sementara itu, kelompok AP tercatat deflasi sebesar -1,02% (mtm) yang didorong oleh sub kelompok non-energi khususnya tarif angkutan udara yang kembali normal. Di sisi lain, deflasi yang lebih dalam ditahan oleh inflasi kelompok inti. Kelompok inti tercatat inflasi sebesar 0,27% (mtm) yang disebabkan baik oleh sub kelompok core traded maupun non-traded. Komoditas kelompok inti yang mencatat inflasi adalah jeruk nipis, emas perhiasan dan aneka makanan jadi.

“Memasuki bulan Desember 2017, BI memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulut akan berada pada kisaran 0,8–1,0% (mtm),” sebut Soekowardojo.

Perkiraan terjadinya inflasi dipengaruhi oleh tingkat permintaan yang meningkat pada akhir tahun. Puncak konsumsi masyarakat Sulut terjadi pada akhir tahun khususnya menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Sesuai dengan perkembangan historisnya, harga Barito diperkirakan mulai mengalami kenaikan sejak awal Desember hingga pada perayaan hari raya di akhir tahun.

Ke depan, pemerintah daerah dan BI berkomitmen untuk memperkuat pengendalian inflasi di tahun 2017. Pada triwulan III hingga triwulan IV 2017, upaya pengendalian inflasi dilakukan melalui Gerakan Batanang Rica dan Tomat (Barito) tahap ke 2 dengan total penyaluran sekitar 45 ribu bibit kepada kelompok-kelompok PKK di wilayah Kota Manado dan sekitarnya, sebagai antisipasi lonjakan harga komoditas tersebut di akhir tahun. Karenanya, ada upaya yang akan dilakukan, antara lain penguatan kelembagaan TPID di wilayah Sulut menyusul terbitnya Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional.

“Berbagai risiko dan tantangan masih mengemuka dalam pencapaian sarana inflasi Sulut 2017. Salah satunya yaitu risiko terjadinya la nina pada akhir tahun 2017.

Memperhatikan perkembangan terkini, BI memandang bahwa pencapaian inflasi sampai dengan November 2017 masih relatif sejalan dengan target. Hingga akhir tahun, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dalam kisaran yang ditetapkan yaitu 4±1% (yoy),” kata Soekowardojo.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *