Manado, SULUTREVIEW – Pada bulan November 2017, Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulawesi Utara (Sulut) yang diwakili Kota Manado, masih akan mencatat inflasi sebesar 0.6% (mtm).
Prediksi terjadinya inflasi masih dipengaruhi adanya dorongan peningkatan permintaan masyarakat yang umumnya akan terfokus di akhir tahun. Tepatnya menjelang perayaan harl raya Natal dan Tahun Baru. Di mana harga bawang merah, cabal rawit dan tomat diperkirakan akan mengalami kenaikan. Itu terlihat sejak bulan November hingga pada perayaan di akhir tahun.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Buwono Budisantoso mengatakan ke depan, pemerintah daerah dan BI berkomitmen untuk terus memperkuat upaya pengendalian inflasi di tahun 2017.
“Pada periode akhir tahun 2017, upaya pengendalian inflasi akan difokuskan pada pengendalian harga komoditas strategis seperti tomat sayur, cabai rawit dan bawang merah menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru,” ujarnya Kamis (2/11/2017).
Lanjut katanya, pada bulan Oktober 2017, perkembangan harga di Sulut yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar -0,06% (mtm) atau mengalami deflasi lanjutan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -1,04% (mtm).
Secara tahunan, tekanan inflasi Sulut pada bulan Oktober 2017 tercatat sebesar 3,35% (yoy). Sementara, inflasi tahun kalender pada bulan laporan tercatat sebesar 2,02% (ytd). Realisasi inflasi bulanan dan tahunan Sulut pada Oktober 2017 tersebut tercatat Iebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,01% (mtm) atau 3,58% (yoy).
Meski demikian, realisasi inflasi bulanan tersebut tercatat masih Iebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama S tahun terakhir yang sebesar 0,49 (mtm).
“Terjadinya deflasi pada Oktober 2017 dipengaruhi oleh meredanya tekanan harga terutama pada kelompok volatile food, sementara tekanan harga pada kelompok administered prices meningkat dan tekanan harga pada kelompok inti sedikit mereda,” ujarnya.
Diketahui, kelompok volatile food pada Oktober 2017 memberikan sumbangan deflasi sebesar -2,34% (mtm). Pada volatile food, penurunan harga tomat sayur sebesar 0,32% (mtm) menjadi pemicu utama terjadinya deflasi pada bulan Oktober sebagai dampak dari kembali normalnya harga-harga seiring dengan permintaan yang relatlf normal ditengah banyaknya pasokan akibat fluktuasi produksi serta membaiknya curah hujan selama Bulan Oktober 2017.
“Harga komoditas strategis lainnya yakni bawang merah, cabal rawit, dan bawang putih juga tercatat mengalami penurunan harga meskipun masih dalam level yang terbatas,” sebutnya.
Selanjutnya, pada kelompok inti, tekanan inflasi meningkat terbatas sebesar 0,33% (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh kelompok inti nontraded khususnya komoditas sayuran, buah, dan ikan. Di sisi lain, kelompok administered prices menjadi faktor penahan laju inflasi pada bulan laporan.
Koreksi harga pada kelompok ini besar dipengaruhi oleh koreksi harga pada sub kelompok non energi khususnya tarif angkutan udara dengan sumbangan inflasi sebesar 0,91% (mtm).(hilda)