Manado, SULUTREVIEW – Inflasi Sulawesi Utara (Sulut) yang diwakili Kota Manado pada Juni 2017 tercatat sebesar 1,15% month to month (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi.
Dengan angka tersebut maka secara tahunan inflasi Sulut pada bulan Juni 2017 tercatat sebesar 3,59% year of year (yoy), dengan inflasi tahun kalender sebesar 2,49% year todate (ytd).
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Infonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardojo realisasi inflasi bulanan pada Juni 2017 tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan proyeksi BI sebelumnya. Realisasi itu pun juga tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar 0,6% (mtm).
“Namun demikian, realisasi inflasi Kota Manado tersebut relatif moderat dan tidak setinggi inflasi yang terjadi di beberapa kota di Pulau Sulawesi seperti Kendari yang mencatat inflasi sebesar 3,5% (mtm). Hal tersebut didukung oleh operasi yang dilakukan oleh Satgas Pangan Kepolisian Daerah bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, serta operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog dan koordinasi intensif TPID Sulut dengan TPID Kota Manado dan TPID Kab Minahasa,” ungkapnya Selasa (4/7/2017).
Terjadinya inflasi pada Juni 2017, lanjut Soekowardojo, dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan harga pada seluruh kelompok, baik volati le food, adm inistered prices maupun inflasi inti (core). “Pada volatile food, peningkatan harga tomat sayur menjadi pemicu utama terjadinya inflasi pada bulan Juni sebagai dampak tingginya permintaan dalam rangka perayaan Idul Fitri di tengah pasokan yang terganggu akibat curah hujan yang cukup tinggi. Harga komoditas strategis lainnya yakni bawang merah dan cabai rawit juga mengalami peningkatan harga namun dalam level yang terbatas,” tukasnya.
Sementara itu, harga beras juga naik, hal itu dampak tingginya permintaan di tengah masih berlanjutnya masa tanam padi. Pada kelompok administered prices, mobilitas masyarakat yang tinggi dalam rangka perayaan Idul Fitri dan juga masa liburan mendorong naiknya tarif angkutan udara,” ujarnya.
Selain itu, lanjutan penyesuaian tarif listrik bagi pelanggan paskabayar daya 900 VA nonsubsidi juga menjadi pemicu inflasi pada kelompok administered prices. Di sisi lain, tekanan harga pada kelompok inti tidak setinggi pada dua kelompok di atas.
Ditambahkan, memasuki bulan Juli 2017, BI memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulut masih akan mencatat inflasi namun dalam level yang relatif rendah, bahkan berpeluang mencatat deflasi. Perkiraan terjadinya inflasi dipengaruhi oleh permintaan yang cukup tinggi jelang perayaan “Pengucapan” di berbagai daerah di Sulut.
“Selain itu, masa tanam padi masih berlanjut hingga Juli 2017 dan baru akan memasuki masa panen pada Agustus 2017. Namun demikian, peluang terjadinya deflasi didukung oleh potensi meredanya tekanan harga bawang, rica dan tomat sebagaimana turunnya harga cabai rawit pada minggu I Juli. Turunnya mobilitas masyarakat pasca Idul Fitri mendorong turunnya tarif angkutan udara yang telah terjadi pada minggu I Juli,” sebut Soekowardojo.
Ke depan, pemerintah daerah dan BI berkomitmen untuk memperkuat pengendalian inflasi di tahun 2017. Berbagai risiko dan tantangan seperti potensi kenaikan harga BBM dan elpiji serta kenaikan harga pada Natal merupakan hal-hal yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi Sulut 2017, yakni 4±1% (yoy). Sepanjang Juni 2017, kegiatan Operasi Pasar dan Pasar Murah dilakukan oleh TPID.
“Provinsi Sulut dan Kota Manado juga melakukan rapat koordinasi pengendalian harga yang dilaksanakan di Kantor Perwakilan BI Sulut dengan melibatkan para pedagang besar komoditas strategis,” tandasnya.
Selain itu, upaya-upaya pengendalian inflasi selama Ramadhan juga dilengkapi dengan program komunikasi ekspektasi bekerjasama dengan 4 (empat) radio prominent di Sulut dengan berbagai program pengendalian inflasi tersebut akan terus dilanjutkan dan diperkuat pada Juli 2017, dengan tujuan mengantisipasi lonjakan permintaaan yang berimplikasi pada harga seiring masuknya periode “Pengucapan” di berbagai daerah. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mendukung pencapaian target inflasi Sulut 2017 4±1%.(hilda)