Manado, Sulutreview.com – Pada Februari 2025, Sulawesi Utara (Sulut) mengalami deflasi secara month to month (m-to-m) sebesar 0,53 persen dan tingkat deflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,62 persen.
Dijelaskan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, Aidil Adha berdasarkan
perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sulut pada Februari 2025,
terjadi deflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sulawesi Utara sebesar 0,15 persen dengan IHK sebesar 105,54.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 2,30 persen dengan IHK sebesar 110,69 dan deflasi terjadi di Kota Manado sebesar 1,25 persen dengan IHK sebesar 103,12,” katanya saat menyampaikan Berita Resmi Statistik, di Kantor BPS Provinsi Sulut, Senin (03/03/2025).
Pendorong inflasi, sebut Aidil disebabkan oleh kenaikan harga komoditas cabai rawit 0,88 persen, daging babi 0,44 persen, emas perhiasan 0,30 persen, tomat 0,23 persen dan minyak goreng 0,11 persen.
“Penahan inflasi adalah tarif listrik sebesar -2,25 persen, daun bawang -0,32 persen, ikan cakalang -0,16 persen, beras -0,14 persen dan telepon selular -0,05 persen,” ungkapnya sembari menambahkan kenaikan harga tomat dan cabai di Sulut disebabkan cuaca yang buruk sehingga produktivitas menurun dan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga beras pada Februari disebabkan oleh belum banyaknya panen di daerah sentra produksi dan pasokan beras dari luar daerah yang terbatas.
“Namun pemberian diskon listrii sebesar 50 persen, sangat mempengaruhi inflasi di Sulut, juga penurunan daging babi, karena permintaan berkurang setelah perayaan Natal dan tahun baru,” tandasnya.
Diketahui, deflasi y-on-y terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,18 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 13,64 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,13 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,01 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,32 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,52 persen; kelompok transportasi sebesar 1,33 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,60 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,86 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,31 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,39 persen.
“Deflasi terdalam semenjak Januari 2025 adalah, makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi. Tiga kelompok pengeluaran inflasi, adalah perawatan jasa pribadi lainnya dan makanan,” ucapnya.
Menurut Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sulut, Reza Dotulung, diskon listrik Sulut ikut berdampak pada inflasi. “Melalui data statistik ini kita bisa mengetahui berapa peentingnya data, karena pembangunan ini berpijak pada data,” ungkapnya.(eda)