Urai Program Unggulan di Debat Pilgub, SK-DT Prioritaskan Kabupaten Swasembada Pangan

Pasangan Pilgub Sulut SK-DT saat tampil di debat publik. Foto : ist

Kotamobagu, Sulutreview.com – Pelaksanaan debat publik yang digagas Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi momentum penting bagi kandidat pasangan kontestasi politik.

Pasangan calon (Paslon) gubernur Sulawesi Utara (Sulut) dan wakil gubernur Steven Kandouw-Denny Tuejeh (SK-DT) di pilkada 2024, pun telah merancang konsep Nyiur Melambai untuk lima tahun ke depan.

Ketahanan pangan menjadi sektor penting di lini pertanian suatu negara. Indonesia sebagai negeri “agraris”, selayaknya mempunyai inovasi dan target agar memaksimalkan potensi pangan.

Rancangan tersebut disampaikan Kandouw saat debat perdana yang diselenggarakan KPU Sulut di Hotel Sutan Raja, Rabu (9/10/2024).

Menurut Kandouw, rakyat Sulut saat ini tengah merasakan bagaimana dampak daripada perubahan nyata akibat magnet investasi.

Kandouw menjelaskan, ketahanan pangan di Sulut berada di batas aman. Hal ini meski dalam skala global, hampir seluruh negara di dunia mengalami gejala daripada efek perubahan iklim.

Akan tetapi, prospek di era pemerintahan Gubernur Sulut Olly Dondokambey mampu menekan krisis pangan.

“Kita boleh Berbangga dengan ketahanan pangan, kita ada dibatas aman,” jelas Kandouw.

Meski begitu, Kandouw memiliki perspektif tersendiri. Jika terpilih sebagai Gubernur Sulut periode 2025-2030, Kandouw akan mendorong 8 kabupaten sebagai swasembada pangan.

“Sebenarnya hanya empat kabupaten, kita akan dorong sampai delapan kabupaten,” ujar Kandouw.

Steven Kandouw juga menjawab pertanyaan mengenai isu perubahan iklim dan pemanasan global yang berdampak dan mengancam berbagai aspek kehidupan termasuk ketahanan pangan di Sulawesi Utara. Sekaligus cara memitigasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan berkelanjutan.

Dalam debat pertama calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Utara, Rabu (9/10/2024), SK menegaskan yang pertama bagaimana mempertahankan lahan pertanian agar tidak alih fungsi.

“Kita akan memperketat regulasi itu, jikapun ada lahan yang harus dialih fungsikan harus ada penggantian lahan. Lahan pertanian terutama untuk memproduksi kebutuhan pokok, harus kita siapkan penggantinya apabila memang perlu,” terangnya.

Yang tak kalah penting bagaimana menjaga distribusi logistik pangan serta mengoptimalkan sinergitas dengan instansi vertikal, salah satunya Bolog, guna memastikan ketersediaan pangan.

Menghadapi perubahan iklim yang saat ini menjadi masalah global, Steven Kandouw dan Denny Tuejeh berkomitmen untuk memastikan program pro petani.

“Kita harus pro dengan petani, kita kasih bantuan pupuk, bangun sarana prasarana, kalo perlu kita tetapkan digitalisasi pedesaan agar kita tahu persis daerah-daerah yang kekurangan pupuk,” tegas Steven Kandouw.(srv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *