TOMOHON, SULUTREVIEW
Termotivasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa di Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut), Arbonas Hutabarat terpanggil untuk memberikan kuliah umum.
Materi yang disuguhkan, utamanya adalah mengenalkan tentang kebanksentralan. Tujuannya agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perkembangan perekonomian hingga tugas dan fungsi serta peran BI.
Hal itu penting, dan akan memberikan manfaat bagi mahasiswa ketika lulus nanti dapat merealisasikan kebijakan.
Arbonas mengatakan sangat penting mengetahui mengapa harus ada bank sentral. Di mana sebagai otoritas moneter kebijakan bank sentral sangat berpengaruh terhadap seluruh kegiatan ekonomi suatu negara.
“Bank Sentral juga sangat vital dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan penyelenggaraan sistem pembayaran. Bank Sentral sebagai mitra strategis dan penyeimbang bagi otoritas fiskal dalam menjaga stabilitas ekonomi makro suatu perekonomian,” ungkapnya di Auditorium Bukit Inspirasi Tomohon, Senin (2/9/2019).
Arbonas mengisahkan Bank sentral awalnya berasal dari bank komersial yang mendapat mandat khusus untuk menerbitkan uang kartal dan menjadi lender of the last resort yang mengalami perkembangan dalam tugas dan fungsinya seiring dengan dinamika ekonomi politik sosial dan teori-teori ekonomi resort.
Arbonas juga menjelaskan fungsi dan tugas Bank Indonesia diawali oleh perjalanan sejarah Bank Indonesia tahun 1799 di mana VOC dibubarkan sampai kemudian pada tahun 1800 Hindia Belanda (HB) berdiri dan pada 1822 De Javasche Bank (DJB) Wet yakni hak untuk mengedarkan uang di HB, selanjutnya pada 1828 kantor DJB berdiri pertama di Batavia, disusul di 16 kota lainnya,
“Kemudian pada 1 Juli 1953 disahkan undang-undang nomor 11 tahun 1953 tentang undang-undang pokok Bank Indonesia yang kemudian diperingati sebagai hari lahir Bank Indonesia. Nama De Javasche Bank resmi berganti menjadi Bank Indonesia di mana Syarifudin Prawiranegara menjadi gubernur BI pertama dan sebelumnya Gubernur di DJB terakhir yang berasal dari pribumi,” ungkap Arbonas.
Selanjutnya, nasionalisasi De Javasche Bank yang kemudian menjadi BI, pada saat itu BI memiliki tugas menjaga stabilitas rupiah, mengedarkan uang, memajukan dan mengawal urusan kredit dan bank.
Sampai kemudian terjadi evolusi tugas BI pada tahun 1999, tugas bank sebagai lembaga negara yang independen, dengan satu tujuan tunggal yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui Undang-undang nomor 23 tahun 1999.

Selain itu, Arbonas juga membeber status dan kedudukan BI sesuai dengan Undang-undang RI tentang Bank Indonesia nomor 23 tahun 1945 telah diubah dengan Undang-undang nomor 3 Tahun 2004 dan undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 adalah bank sentral RI, adalah badan hukum dan lembaga negara yang independen, dalam melakukan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal tertentu yang secara tegas diatur dalam undang-undang pemberian independensi diimbangi dengan pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi.
“Tujuan Bank Indonesia, adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa inflasi terhadap mata uang negara lain, nilai tukar,
kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain, tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain,” sebutnya.
Tugas pokok Bank Indonesia, secara moneter menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, sistem pembayaran, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, sistem keuangan, melakukan pengawasan dan pengaturan makroprudensial stabilitas sistem keuangan
Untuk stabilitas moneter, inflasi yang rendah dan stabil untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Menjaga tingkat inflasi rendah dan stabil yaitu dengan meningkatkan kepastian dunia usaha, menjaga daya beli masyarakat, menjaga daya saing untuk kesejahteraan rakyat,” urainya.
Arbonas juga merinci, ada empat langkah utama untuk menurunkan inflasi yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
Untuk mengarahkan ekspektasi inflasi, koordinasi Bank Indonesia dan pemerintah dilakukan dalam menjaga inflasi. Selain meningkatkan kapasitas pertanian, upaya mendorong perbaikan tata niaga berbagai produk pangan strategis, guna mendukung tercapainya stabilitas harga pangan perlu menjadi fokus utama.
“Mengapa menjaga stabilitas, nilai tukar itu penting, karena memberikan kepastian bagi masyarakat dunia usaha, mendukung transaksi ekspor dan impor serta mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya.
“Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal, sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
Arbonas juga menerangkan bahwa sejak 1 Januari 2014 tugas mengatur dan mengawasi bank, sesuai dengan Undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah dialihkan dari Bank Indonesia ke OJK.
“Tugas tersebut digantikan dengan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara stabilitas sistem keuangan makroprudensial, lebih mengarah kepada analisis perkembangan individu. Lembaga keuangan makroprudensial lebih mengarah pada analisis sistem keuangan secara keseluruhan sebagai kumpulan dari individu lembaga keuangan,” tandasnya.
Terkait dengan pentingnya menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), hal itu mengacu pada biaya pemulihan krisis yang cukup mahal.
“Makroekonomi SSK tidak hanya mendukung stabilitas harga tapi juga pertumbuhan ekonomi pengalaman krisis global tahun 2008, di mana stabilitas harga saja tidak menjamin pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan adanya potensi peningkatan risiko pada sistem keuangan,” tukasnya.
Kegiatan ini diikuti ribuan mahasiswa dan civitas akademika.
“Kegiatan seperti ini harus sering dilakukan supaya menambah pengetahuan dan minat belajar mahasiswa maupun dosen. Kami akan berkoordinasi dengan pihak Bank Indonesia, supaya ke depan dapat diagendakan,” ujar Rektor UKIT Prof Dr Berty Sompie ST.(srv)