Konsumsi Pemerintah dan Ekspor Dorong Pertumbuhan Ekonomi Sulut Triwulan III 2017

Manado, SULUTREVIEW – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) triwulan Ill 2017 tercatat sebesar 6,49% year on year (yoy). Terjadi peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,80% (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 6,02% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini mengindikasIkan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi di Sulut. Hal itu juga tercermin dari kumulatif pertumbuhan ekonomi triwulan lll 2017 dibandingkan triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 6,24% (ctc), lebih tinggi dibandingkan kumulatif pertumbuhan ekonomi triwulan Ill 2016 sebesar 6,04% (ctc).

Pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulut, jauh mengungguli nasional yang tumbuh sebesar 5,06% (yoy), namun masih berada di bawah kawasan Sulawesi yang tumbuh sebesar 6,69% (yoy). Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 tersebut sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardojo, dari sisi pengeluaran, Iaju pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja pada komponen konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor.

“Meningkatnya konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan realisasi belanja pada triwulan lll 2017 dibanding triwulan sebelumnya terkait penyaluran gaji ke-13. Peningkatan investasi terjadi baik dalam bentuk bangunan maupun non-bangunan. Investasi bangunan didorong oleh sektor swasta. Hal itu tercermin dari kelanjutan pembangunan gedung perbelanjaan dan hotel serta perkantoran dan sektor pemerintah yang tercermin dari pembangunan infrastruktur dan realisasi belanja modal yang membaik,” jelasnya.

Peningkatan indikator pengadaan semen di Sulut, juga mengkonfirmasi hal tersebut. Sementara itu, kinerja ekspor meningkat baik ke luar negeri maupun antar daerah. Peningkatan kinerja ekspor luar negeri didorong oleh ekspor barang. Sedangkan ekspor Jasa mengalami perlambatan. Ekspor luar negeri, barang ditopang oleh peningkatan produksi komoditas olahan utama Sulut yakni coconut oil (CNO) dan Ikan olahan seiring dengan perbaikan pasokan bahan bakunya. meskipun harga internasional CNO cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih cukup tinggi.

“Membaiknya pasokan bahan baku khususnya di bidang perikanan menuniukkan bahwa sektor tersebut mulai positif dalam penyesuaian terhadap aturan otorltas perikanan,” sebut Soekowardojo.

Sejalan dengan ekspor, kinerja impor juga mengalami peningkatan terutama impor dalam bentuk barang modal yang berupa alat-mesin kelistrikan dan alat-mesin crane untuk operasiona| pelabuhan. Adapun pada triwulan lll 2017, akselerasi peningkatan total impor Sulut, baik luar negeri maupun dalam negeri tercatat lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspornya. Sehingga hal tersebut mendorong net impor Sulut semakin meningkat.

Diketahui, Sulut mencatat net ekspor untuk perdagangan luar negerinya, sedangkan untuk perdagangan dalam negerinya tercatat net impor.

Dikarenakan net impor dalam negeri lebih tinggi dibandingkan net ekspor Sulut, maka secara total neraca perdagangan Sulut mencatat net impor.

Dalam jangka panjang, kondisi net impor neraca perdagangan dalam negeri perlu mendapat perhatian. “Upaya untuk meningkatkan daya saing daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan impor akan bermanfaat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Di sisi lain, komponen konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan akibat base effect pergeseran perayaan hari raya Idul Fitri. Idul Fitri pada tahun 2017 jatuh pada triwulan ll, sedangkan pada tahun 2016 Jatuh pada triwulan III. (hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *