Manado, SULUTREVIEW – Kebudayaan dan kesenian asal Sulawesi Utara (Sulut) yang sarat dengan nilai-nilai sosial dan historis, sejauh ini kurang dilestarikan. Padahal budaya dan kesenian Sulut mendapatkan perhatian dari daerah lain di Indonesia.
Sebut saja musik Kolintang dan tarian Maengket, sejumlah daerah justru menggelarnya melalui festival yang menyedot animo masyarakat. “Karena itu, jika budaya dan kesenian Sulut tidak dilestarikan maka jangan heran jika kita nanti hanya akan menjadi penonton,” ungkap Kepala SMP Kristen Zaitun Manado, Silvana B Dondo SPd MAP.
Untuk melestarikan budaya dan kesenian Sulut, sebut Dondo bukan dihasilkan secara instan melainkan butuh waktu dan berlangsung secara terus menerus. “Sampai sejauh ini banyak sekolah-sekolah yang tak memberikan porsi lebih pada peserta didik untuk belajar. Kalau pun ada, hanya pada momen-momen tertentu. Alhasil ketika tampil di festival di tingkat nasional, justru pemenangnya didominasi daerah lain,” tutur Dondo sembari menambahkan bahwa daerah lain demikian piawai ketika menarikan tarian Maengket maupun memainkan musik Kolintang,” katanya.
Tak itu saja, peran pemerintah sejauh ini juga masih kurang. Harusnya ketika ada iven-iven besar seperti HUT Propinsi maupun kabupaten/kota dapat diisi dengan lomba kesenian daerah. “Daerah kita tengah menggenjot kunjungan wisatawan. Hal ini harusnya menjadi peluang sehingga orang yang datang dapat mengenal Sulut lebih dalam,” tandasnya.
Sekolah-sekolah, sambungnya juga harus lebih intens dan agresif melestarikan budaya daerah. “Jangan pernah merasa tak ada guna ketika kita melestarikan kesenian daerah. Itu adalah aset yang tak tergantikan,” tutup Dondo.
Diketahui, meski dalam keterbatasan dan kekurangan dana, namun SMP Kristen Zaitun Manado menunjukkan atensi yang tinggi untuk melestarikan kesenian daerah. Terbukti berbaga penyelenggaraan lomba hingga di tingkat nasional tak pernah dilewatkan.(hilda)