Harga Tomat Anjlok, Manado Alami Deflasi Terdalam

Manado, SULUTREVIEW – Anjloknya harga tomat pasca panen raya menyebabkan Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado mengalami deflasi 1,13% month to month (mtm) atau mengalami lanjutan delfasi yang lebih dalam dibanding bulan sebelumnya.

Menurut amatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardojo, dengan angka tersebut maka secara tahunan inflasi Sulut pada bulan Mei 2017 tercatat sebesar 3,50% (yoy). “Angka inflasi tahunan Sulut tersebut tercatat kembali berada di bawah level inflasi Nasional pada Mei 2017, yang tercatat sebesar 0,39% (mtm) atau 4,33% (yoy). Realisasi inflasi bulanan Sulut pada Mei 2017 tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan proyeksi BI sebelumnya,” sebutnya Sabtu (3/6/2017).

Di sisi lain, angka realisasi inflasi bulanan pada Mei 2017 juga tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar -0,01% (mtm). “Terjadinya deflasi pada Mei 2017 dipengaruhi oleh meredanya tekanan harga pada seluruh kelompok, baik volatile food, administered prices, maupun inflasi inti. Pada volatile food, penurunan harga tomat sayur menjadi pemicu utama terjadinya deflasi pada bulan laporan,” ungkap Soekowardojo.

Sementara itu, harga bahan pangan strategis lainnya seperti bawang merah dan cabai rawit juga mengalami penurunan harga meski pada level yang terbatas. Dengan demikian membaiknya kondisi cuaca yang mendorong stabilnya pasokan, serta beberapa program TPID yang menyasar komoditas strategis dinilai memberi pengaruh pada koreksi harga di bulan Mei 2017.

“Pada kelompok administered prices, lanjutan penyesuaian tarif listrik 900VA dan penyesuaian harga bensin non subsidi berhasil diredam oleh koreksi harga pada komoditas angkutan udara seiring belum kuatnya permintaan. Di sisi lain, pada kelompok inti, penurunan tekanan inflasi dipengaruhi oleh kelompok inti non-traded khususnya komoditas ikan-ikanan (tindarung, roa), serta koreksi pada harga emas, sejalan dengan perkembangan harga emas dunia,” jelasnya.

Sambung Soekowardojo, memasuki Juni 2017, Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi Sulut akan mengalami peningkatan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lonjakan permintaan jelang hari raya Idul Fitri dan
hari raya Pengucapan, yang belum mampu direspons sepenunya dari sisi supply. Peningkatan mobilitas masyarakat yang berpengaruh pada harga komoditi transportasi, serta lanjutan penyesuaian tarif listrik juga diproyeksikan menambah potensi tekanan inflasi pada Juni 2017.

BI memandang positif terjadinya deflasi pada Mei 2017 dalam mendukung pencapaian target inflasi Sulut 2017 yang diproyeksikan sebesar 4±1% (yoy). Namun demikian, potensi tekanan kelompok administered prices yang semakin besar pada tahun 2017 perlu disikapi bersama dengan memperkuat pengendalian inflasi pangan khususnya jelang hari besar keagamaan.

Pemerintah daerah dan BI berkomitmen untuk memperkuat pengendalian inflasi di tahun 2017, terutama menghadapi hari besar kegamaan. Pada Mei 2017, BI bersama dengan Pemerintah Kota Manado dan Pemprov Sulut melalui wadah TPID telah melaksanakan berbagai kegiatan diantara lain panen raya cabai rawit dan tomat sayur hasil dari Gerakan Barito yang dicanangkan pada 2017, serta sidak pasar bersama dengan Wakil Gubernur Sulawesi Utara untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *