Manado, SULUTREVIEW – Selama bulan puasa, PT PLN Suluttenggo berupaya untuk meminimalisasi pemadaman listrik. Karenanya, berbagai penyebab yang menjadi pemicu gangguan jaringan terus diintensifkan pemeliharaannya.
Dikatakan Manager Area PLN Manado, Paultje Mangundap, untuk maksud tersebut, di sepanjang bulan Mei 2017, PLN telah melakukan pemeliharaan jaringan yang diikuti peningkatan pemadaman.
“Aktivitas pemeliharaan jaringan yang dilakukan meliputi pemotongan pohon dan penggantian kabel telanjang. Pekerjaan tersebut pastinya diikuti dengan pemadaman. Dengan maksud supaya pada bulan Ramadhan tidak terjadi pemadaman, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan ibadah puasa,” jelas Mangundap.
Lanjut kata Mangundap, kondisi jaringan yang menggunakan kabel telanjang, memang menjadi sangat rentan terhadap berbagai gangguan. Antara lain, jatuhnya dedaunan, burung yang hinggap di kabel bahkan faktor alam lainnya dapat memicu pemadaman. “Ketika terjadi gangguan maka berimbas pada pemadaman,” ujar Mangundap sembari menambahkan bahwa ketika terjadi pemadaman secara langsung akan menimbulkan kekecewaan masyarakat konsumen.
“Ketika ada pemadaman pasti masyarakat akan komplain, padahal untuk menormalkan kembali petugas membutuhkan waktu,” tukasnya.
Ke depan, PLN berencana untuk menyiapkan kabel tanah sebagaimana yang diterapkan di Pulau Jawa. Namun untuk maksud tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.
“Saat ini gardu induk menyuplai 50 penyulang yang merupakan kabel udara sedangkan dua penyulang adalah kabel tanah,” katanya.
Kondisi kelistrikan sistem Manado, Kotamobagu dan Gorontalo ( Sulutgo), khususnya pada beban puncak menurut Mangundap mencapai 380 MW, sementara daya mampu 440 MW jadi surplus 50 sampai 60 MW.
Sementara itu, diungkapkan Manager Transmisi dan Distribusi PLN Suluttenggo, Andi Imran Karim, pihaknya sangat berharap adanya kerjasama yang baik dari masyarakat agar memberikan kesempatan bagi PLN untuk memangkas pohon yang menyentuh kabel. Mengingat masalah utama gangguan saluran udara tegangan menengah (SUTM) lebih diakibatkan oleh keberadaam pohon. Di mana pohon-pohon yang bersentuhan langsung dengan konduktor/kabel jaringan listrik berpotensi tumbuh hingga mengenai jaringan.
“Seringkali ketika melakukan pemeliharaan jaringan, kami berbenturan oleh keengganan masyarakat yang tak mengizinkan pemangkasan pohon. Padahal PLN rela untuk menebangnya dan membersihkan. Atau kalau masyarakat mau menebang sendiri PLN akan memberikan upah jasa sebesar 250 ribu per pohon,” jelasnya.
Bantuan atau dukungan masyarakat, sebutnya, sangat diperlukan, untuk menjaga agar listrik tetap menyala dan jaringan listrik PLN tetap handal. Yaitu dengan tidak menanam pohon di dekat jaringan listrik PLN, karena selain akan merusak jaringan hal tersebut juga berbahaya. “Apabila warga melihat pohon yang berpotensi menyebabkab gangguan agar dapat melapor ke kantor PLN terdekat,” ujarnya.
Sejauh ini, jumlah pohon yang kondisinya mengkhawatirkan tercatat ada 4 ribu pohon kelapa yang tersebar di Manado, Minahasa dan Bitung. “Rencananya secara bertahap kami akan melakukan pemangkasan. Akan hal ini banyak masyarakat yang tidak rela ditebang. Untuk itu, kami butuh pengertiannya,” tandasnya.
Disebutkannya, jumlah gangguan pada bulan Januari 2017 untuk Suluttenggo berjumlah 880 kali pemadaman. Dari jumlah itu, gangguan karena alam yang disebabkan pohon tersentuh dan tumbang ke jaringan sebanyak 690 kali. Bahkan jumlah itu terus bertambah hingga Mei 2017.(hilda)