Angka Kesejahteraan Petani Sulut Naik 0,56 Persen

Pertanian mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.

Manado, Sulutreview.com – Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara (Sulut) pada Agustus 2023 naik sebesar 0,56 persen, sehingga menjadi 110,55 bila dibandingkan dengan bulan Juli 2023 yang masih 109,93.

NTP ini, menjadi standar atau parameter kesejahteraan petani. Di mana NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks yang dibayar petani, untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksinya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Asim Saputra menyampaikan perubahan NTP dikarenakan adanya kecepatan kenaikan Indeks Harga yang diterima Petani lebih cepat dibandingkan Indeks Harga yang dibayar Petani. “Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,79 persen sementara yang dibayar petani naik hanya 0,23 persen,” katanya Jumat (01/09/2023).

NTP secara Year to Date (YTD) atau tahun kalender, maupun secara Year on Year (YoY) atau tahun ke tahun, rinci Asim, sudah menunjukkan kenaikan. Di mana NTP secara YTD naik 4,24 persen dan YoY naik 1,16 persen.

Selanjutnya, untuk Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen, dari nilai 108,53 di bulan Juli 2023 menjadi 109,38 di bulan Agustus 2023.

“Di wilayah perdesaan terjadi inflasi 0,30 persen. Inflasi terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran,” sebut Asim sembari merincinya, yakni makanan, minuman dan tembakau, pakaian dan alas kaki, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, penyediaan makanan dan minuman/restoran, perawatan pribadi dan jasa lainnya. Diikuti, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dan kesehatan.

“Kelompok pengeluaran lain seperti transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, rekreasi, olahraga dan budaya serta pendidikan cenderung stagnan,” pungkasnya.

Gubernur Olly, sejauh ini aktif mendorong sektor pertanian di Sulut, yang merupakan kekuatan ekonomi Sulut.

Sebesar 70% sektor pertanian, telah memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi. Masing-masing terserap 35 persen dari tanaman keras, 35 persen tanaman holtikultura.

“Pertanian yang kuat, ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,” ungkap Olly dalam setiap kesempatan.

BPS mencatat sejak 2020, sebanyak 275.500 tenaga kerja terserap di sektor pertanian. Atau 23,75 persen mendominasi dari total tenaga kerja di Sulut sebesar 1.16 juta tenaga kerja.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *