Tombatu, Sulutreview.com – Peringatan Hari Persatuan Wanita Kaum Ibu (Hapsa WKI) Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) tahun 2023 dipusatkan di wilayah Tombatu Timur Kabupaten Minahasa Tenggara, pada Jumat (26/05/2023).
Ajang pertemuan yang diikuti ribuan kaum ibu tersebut, dihadiri Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Wagub Sulut) Steven OE Kandouw.
Di tengah sukacita, Kandouw terlebih dahulu menyampaikan pujian syukur kepada Tuhan atas jalannya kegiatan. Bersamaan juga Ia menyatakan rasa dukacita mendalam atas kecelakaan rombongan WKI dari Winenet Bitung di ruas jalan Leilem dan Sonder.
“Saya menyatakan simpati dan empati kepada rombongan WKI dari Winenet Bitung yang mengalami kecelakaan di ruas jalan Leilem dan Sonder. Semua kehendak Tuhan adalah baik adanya. Dan kita doakan supaya keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan kuat dalam menghadapi cobaan ini,” tukasnya.
Ia meyakini suksesnya Hapsa WKI Sinode GMIM tak lepas dari peran Roh Kudus.
“Saya percaya Roh Kudus hadir di tengah-tengah kita semua. Baik buruk acaranya lebih kurang, pasti Roh Kudus hadir di acara tahunan yang luar biasa,” tukasnya.
Kandouw yang mewakili Gubernur Olly Dondokambey memberikan apresiasi kepada WKI GMIM yang telah memberikan kontribusi. Di mana Sulut dengan jumlah penduduk 2,6 juta, terdapat 900 ribu merupakan warga GMIM, dan setengahnya adalah WKI.
“Kontribusi sumbangsih dari GMIM yang antara lain adalah WKI sangat kami rasakan selama jalannya pemerintahan di Sulut. Selama ini kita boleh melihat bahwa semua program pemerintah, warga GMIM telah memberikan kontribusi yang baik. Contoh, dalam pelaks Covid-19 protokol, fakta membuktikan bahwa komunitas GMIM adalah komunitas yang paling signifikan memberikan bantuan sehingga Sulut, menjadi salah satu daerah yang sukses menghadapi Covid-19,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan WKI GMIM terus berkiprah dan berperan aktif. “Teruslah memberi diri dalam kehidupan rohani, aktif dalam kegiatan-kegiatan WKI karena ada pepatah yang mengatakan di balik laki-laki yang sukses ada wanita yang kuat. Saya sampaikan lebih dari itu, bukan hanya di balik laki-laki yang sukses tetapi di balik keluarga yang sukses ada wanita yang kuat,” tandasnya.
Kaum ibu, sebut Kandouw adalah center dari semua kegiatan dalam keluarga. “Keluarga akan sukses dan berhasil karena peran serta ibu-ibu,” ujarnya.
Kandouw juga mengingatkan tiga poin penting yang merupakan isu-isu di Sulut, yang sangat memerlukan bantuan ibu-ibu.
Pertama, adalah masalah stunting, bahwa secara nasional, stunting masih 17 persen. Artinya dari 100 orang ada 17 yang stunting.
“Di Sulut, puji Tuhan kita berhasil menurunkan dari 15 jadi 14 persen. Kenapa Presiden Jokowi selalu mengingatkan stunting ini, karena stunting ini sangat mempengaruhi dengan intelegensia, dengan kepandaian dengan kemampuan manusia untuk menghadapi sesuatu. Orang kalau stunting akan kurang mengaplikasikan sensorik dan motoriknya apalagi intelegensianya. Bayangkan kalau 100 juta ada 17 juta orang yang seperti ini. Sangat berbahaya,” tegasnya.
PBB, lanjutnya, telah menetapkan angka stunting normal itu 7 persen. Indonesia masih 17 persen, Sulut 15 persen.
“Bagaimana menurunkannya, ibu-ibulah yang menentukan gizi buat anak-anaknya. Ibu-ibu yang menentukan untuk menyampaikan kepada generasi untuk jangan kawin di bawah umur, jangan punya anak di bawah umur. Karena itu berpotensi stunting. Mari kita antisipasi stuting ini.
Kedua, sambung Kandouw, adalah toxic people, survey membuktikan di antara 100 orang di Indonesia pada 10 tahun lalu, terdapat 5 orang aneh-aneh. Sekarang dari 100 orang 7 yang aneh-aneh. Survey juga membuktikan 10 tahun lalu, dari 100 ada 4 orang yang berpikiran negatif. Sekarang di antara 100 orang, ada 8 orang yang berpikir negatif yang istilahnya toxic atau racun di dalam masyarakat.
“Orang-orang ini selalu berpikir negatif tidak boleh melihat keberhasilan orang, iri dan dengki. Kalau sekarang orang toxic ini bisa memuat pendapatnya di medsos. Toxic people ini ada 8 orang di antara 100 orang. Untuk itu, mari toramg sama-sama atasi ini. Ibu ibu harus bereran,” tandasnya.
Ketiga, jelas Kandouw adalah masalah inflasi. Di mana benang merahnya dengan kemiskinan. Tercatat, standar upah di Sulut terdapat 3,4 juta. “Bayangkan dari jumlah tersebut 500 ribu, 10 persen lebih habis untuk rokok. Ibu-ibu juga harus mampu mengingatkan suami dan anak-anak tidak usah merokok. Karena ini meningkatkan inflasi kita,” imbaunya.
Terkait inflasi Sulut yang dipicu rica atau cabai, Kandouw mengingatkan untuk melaksanakan program Marijo Bakobong.
“Kalau rica naik pasti inflasi naik. Karena fakta membuktilan dari 3,4 juta pendapatan masyarakat Sulut, kadang kadang 600 ribu habis untuk beli rica, itu hampir 20 persen. Kenapa tidak tanam sendiri. Pak Gubernur ingatkan Marijo Bakobong, termasuk konsumsi beras kita,” katanya sembari menambahkan di Kabupaten Sangihe sudah dicanangkan hari tanpa beras.
“Hari Jumat tidak makan beras, karena beras juga penyumbang inflasi dan penyumbang tingkat kesehatan karena indeks glikemiknya tinggi mari sama sama lakukan hari tanpa masi untuk jaga kesehatan,” sebutnya.
Di akhir kata, Ia mengatakan agar WKI GMIM menjadi seperti Ester, salah satu tokoh Alkitab yang telah menempatkan mahkota bagi suami dan penyelamat bagi bangsanya. “WKI jadilah mahkota dan penyelamat bagi bangsa. Jadilah pelita dan garam bagi keluarga, gereja dan negara,” pungkasnya.
Ketua WKI Sinode GMIM Penatua Dra Ny Fenny Ch Roring-Lumanauw SIP, menyampaikan apresiasi atas peran seluruh WKI GMIM yang turut mendukung kegiatan.
Fenny yang adalah Ketua TP-PKK Kabupaten Minahasa mengatakan, pelaksanaan Hapsa WKI akan dilaksanakan hingga Sabtu (27/05/2023).
Dalam rangkaian Hapsa WKI tersebut, dilaksanakan lomba senam Sicita, gerak jalan, wisata kuliner non beras, serta kegiatan lainnya yang diikuti 146 wilayah.
Turut hadir, Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap, yang juga Panglima Panji Yosua, Pdt Jeffry Saisab yang mewakili Ketua Sionode GMIM yang menyampaikan kotbah, Wabup Minahasa Robby Dondokambey, Wabup Mitra Jooke Legi.(eda)