Cabai Rawit Picu Deflasi Kota Manado dan Kotamobagu

Cabai Rawit atau rica. Foto : ist

Manado, Sulutreview.com – Kota Manado dan Kota Kotamobagu menjadi dua kota pencatatan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Utara (Sulut).

Pada bulan Oktober 2022 tercatat deflasi masing-masing sebesar -O,12% (mtm) dan -O,21% (mtm) pada bulan Oktober 2022.

Secara tahunan, inflasi Kota Manado tercatat sebesar 4,65% (yoy), dan Kota Kotamobagu sebesar 5.22% (yoy), lebih rendah dari inflasi tahunan bulan sebelumnya.

Pergerakan harga dari kelompok bahan makanan bergejolak yang melanjutkan tren penurunan dari bulan sebelumnya menjadi penyebab deflasi terjadi di kedua kota.

Dari komponen harga yang diatur pemerintah atau administered price, harga bensin masih tercatat inflasi meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Dikatakan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulut, Andry Prasmuko, deflasi di Kota Manado tercatat sebesar -0,12% (mtm) yang didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0O,32% (mtm).

Dari kelompok tersebut, komoditas yang mendorong deflasi adalah cabai rawit dengan andil 0,10% (mtm), ikan cakalang, deho, dan malalugis dengan total andil 0,13% (mtm), dan tomat dengan andil 0,04% (mtm). Hal tersebut sejalan dengan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, yang menunjukkan harga cabal rawit tercatat menurun karena meningkatnya stok cabai rawit asal Gorontalo, Palu, dan cabai rawit lokal.

Kelompok Transportasi, ungkap Andry, menahan deflasi Manado lebih lanjut dengan memberikan tekanan inflasi sebesar 0,16% (mtm). Hal ini merupakan dampak lanjutan dari penyesuaian harga komoditas bensin di awal September 2022, yang memberikan tekanan inflasi 0,06% (mtm;). Di samping itu, komoditas angkutan laut dan angkutan udara juga memberikan tekanan inflasi masing masing sebesar 0,005% (mtm) dan 0,03% (mtm).

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No.302 Tahun 2022 tentang Penyesuaian Tarif Dasar Penumpang Angkutan Laut dengan Kapal Lokal yang Beroperasi dalam wilayah Provinsi Sulut, peningkatan tarif angkutan laut ditetapkan sebesar 26,18%.

Hal yang sama terjadi di Kota Kotamobagu yang mengalami deflasi -0,21% (mtm), Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau memberikan andit deflasi -0,25% (mtm), sementara Kelompok Transportasi menjadi faktor pendorong inflasi dengan andil 0,08% (mtm).

Komodtas bawang merah mengalami deflasi dengan andil 0,13% (mtm), daun bawang dengan andil 0.12% (mtm), minyak goreng dengan andil -O,10% (mtm), cabai rawit dengan andil 0,O6% (mtm), dan telur ayam dengan andil 0,04% (mtm).

Deflasi tersebut terjadi karena stok bawang merah tercatat meningkat karena masuknya pasokan dari Bima (NTB) dan Enrekang (Sulsel) dan meningkatnya produksi cabal rawit loka dari Modayag dan Modoinding.

Di sisi lain, komoditas cakalang diawetkan dan beras mengalam peningkatan harga, di samping Kelompok Transportasi melalui komoditas bensin yang memberikan tekanan inflasi 0,08% (mtm).

Pada November 2022, peningkatan permintaan masyarakat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal berpotensi mendorong tekanan inflasi, di samping adanya normalisasi harga komoditas strategis seperti bawang merah dan cabai rawit seiring dengan telah selesainya masa panen raya di berbagai sentra pemasok.

“Namun demikian, normalisasi peningkatan harga bensin yang telah terjadi selama 2 bulan diperkirakan menahan laju inflasi lebih lanjut,” ungkap Andry.

Mempertimbangkan perkembangan tingkat inflasi terkini dan berbagai risiko ke depan, Bank Indonesia, kata Andry memperkirakan tekanan inflasi Sulut meningkat dan berada pada kisaran batas atas sasaran 3+1% (yoy),

“Meski demikian Tim Pengendaian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara terus berkomitmen untuk menggaungkan semangat penguatan sinergi dalam mengendalian laju inflasi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” tambah Andry.

Natal dan Tahun Baru yang berpotensi meningkatkan permintaan masyarakat serta upaya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang telah dilaksanakan pada 3 Oktober 2022, penguatan gerakan urban farming akan terus diiakukan terutama untuk menjaga ketahanan pangan komoaditas cabai rawit.(srv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.