Kemensos Turunkan Tim Psikososial Bantu Korban Bom Gereja Surabaya

Jakarta, SULUTREVIEW – Menteri Sosial Idrus Marham menyatakan duka cita mendalam atas tragedi pengeboman tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018)

“Tragedi pengeboman di tiga gereja ini menggoreskan luka bagi seluruh warga Indonesia. Karena itu Kementerian Sosial mengambil langkah cepat dengan fokus utama menangangi para korban dengan sebaik-baiknya,” ungkap Mensos seperti rilis yang dikirim Biro Humas Kemensos.

Pihaknya, lanjut Mensos telah menurunkan personel yang terdiri dari tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) sebanyak 25 orang, Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebanyak 30 orang, ditambah Tenaga Pelopor Perdamaian, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Dinas Sosial Kota Surabaya untuk membantu para korban.

Tim Kementerian Sosial ini, kata Mensos, sebagai bentuk kehadiran negara memberikan pendampingan dan perhatian kepada para korban, serta guna memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan mereka tertangani dan terpenuhi dengan baik.

“Ini adalah tanggung jawab negara. Dengan adanya tim LDP diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan menghapus trauma korban dan keluarga korban secara perlahan-lahan. Kami akan berupaya sebaik mungkin menangani korban dan keluarganya,” katanya.

Korban bencana sosial, kata Mensos biasanya diikuti dengan merasa takut, cemas dan was-was. Mereka juga tidak mau ditinggal sendiri dan mudah curiga pada orang lain. Oleh karena itu Tim LDP harus menggunakan seragam sebagai identitas. Dengan demikian mudah dikenali dan memberikan rasa percaya terhadap korban.

“Kepada tim Kementerian Sosial di Surabaya secara tegas telah saya sampaikan agar pastikan terus dekat dengan mereka. Penuhi kebutuhannya. Jadilah pendengar yang baik. Biarkan mereka ekspresikan perasaannya. Karena itu salah satu upaya adalah mental katarsis untuk penyembuhan mereka dari kejadian traumatis*” terang Idrus.

Sementara itu Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan sesaat setelah ledakan, tim Kementerian Sosial menyebar ke tiga titik lokasi kejadian. Sebagian lagi melakukan pendataan di empat titik rumah sakit dimana para korban dirawat.

“Tim di lapangan secara intensif melakukan pendataan _by name by address_ seluruh korban meninggal maupun korban luka-luka untuk keperluan pendampingan lebih lanjut dan penyiapan santunan untuk ahli waris korban meninggal serta bantuan korban luka,” terangnya.

Anggota LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi mengatakan salah satu upaya yang dilakukan timnya adalah membantu mempertemukan keluarga korban dengan korban.

“Tim kami menemukan seorang *nenek yang* menangis dan kebingungan di rumah sakit dan mencari adiknya yang hilang. Beliau dilaporkan melakukan ibadah di gereja GPPS Jalan Arjuna,” katanya.

“Sudah dilakukan pendataan dan selanjutnya kami sebarkan informasi ini ke seluruh jejaring kami dan semoga bisa segera ditemukan,” katanya.

Sementara itu berkaitan dengan penyebarkan foto-foto dan rekaman video tentang ledakan di 3 gereja di Surabaya, Dirjen menegaskan kepada seluruh tim Kementerian Sosial yang melakukan penanganan di lapangan maupun juga kepada masyarakat agar tidak menyebarkan foto-foto korban di media sosial maupun whatsapp group.

Harry mengatakan membagikan atau mengirimkan foto kerusakan dan korban adalah tindakan yang justru akan menyenangkan teroris.

“Mari berempati terhadap korban. Hentikan penyebaran foto korban dan kerusakan yang mengerikan. Foto-foto itu adalah wujud teror dan provokasi. Menyebarkan foto seperti itu merupakan tujuan dari teroris. Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris,” tegasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap buka mata dan telinga, jaga kejernihan pikiran dan satu dalam doa. Selalu melakukan cek dan ricek informasi yang beredar agar tidak menambah ketakutan, kecemasan* pada korban dan keluarganya.

“Kita bersama melawan teror,” tegas Harry.

Seperti diketahui hari ini pengeboman terjadi tiga lokasi Gereja di Surabaya, Jawa Timur. Hingga Minggu sekira pukul 18.00 WIB, berdasarkan data Kepolisian, tercatat 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka.

Pengeboman terjadi di tiga gereja di Surabaya yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel, Gereja GKI di Jalan Diponegoro dan Gereja GPPS di Jalan Arjuna.

Tim Layanan Dukungan Psikososial adalah tim terlatih dan memiliki kompetensi khusus yang mendukung perkembangan psikososial korban bencana.

Tujuan Layanan Dukungan Psikososial adalah meningkatkan kesejahteraan psikososial bagi korban bencana. Sejahtera dapat diasosiasikan dengan rasa telah memiliki semua yang dibutuhkan, sempurna, menikmati hidup, berhasil mengatasi tantangan, memiliki daya tahan dan lainnya.

Program psikososial biasanya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Perlindungan.

Sementara TAGANA adalah relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial berasal dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial. Dalam melaksanakan tugasnya, satu jam setelah bencana TAGANA harus berada di lokasi bencana.

TAGANA merupakan salah satu potensi sumber kesejahteraan sosial yang sangat dirasakan kontribusinya dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial khususnya dalam konteks penanggulangan bencana sejak dibentuk pada Tahun 2004.

Saat ini jumlah personil TAGANA sebanyak 37.817 orang dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Tenaga Pelopor Perdamaian merupakan relawan terlatih yang diharapkan menjadi agen-agen perdamaian yang mampu mendeteksi dan mengelola berbagai persoalan sosial di masyarakat khususnya dalam pencegahan konflik sosial.

Kompetensi utama Tenaga Pelopor Perdamaian adalah deteksi dan cegah dini terhadap potensi konflik sosial di masyarakat.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.