Manado, SULUTREVIEW – Prof Dr dr Josef Sem Berth Tuda Mkes SpParK, resmi dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).
Pada prosesi Sidang Majelis Guru Besar tersebut, Rektor Unsrat Manado, Prof Dr Ir Ellen Joan Kumaat MSc DEA, mengatakan bahwa jumlah guru besar yang ada di Unsrat tercatat 101 orang. Sehingga atas pencapaian ini akan menjadi pendorong bagi pengembangan keilmuan di bidang Parasitologi. Terutama dapat memberikan kontribusi bagi negara maupuni instustusi di mana guru besar itu berada.
“Unsrat telah mengembangkan ilmu di berbagai bidang. Untuk itu, dengan bertambahnya guru besar maka pengembangan keilmuan akan semakin mandiri,” ungkapnya.
Keberadaan guru besar, lanjut Kumaat merupakan indikator dan penentu kualitas unggul dalam perguruan tinggi. Pasalnya, keberadaan guru besar juga merupakan persyaratan dalam program S3 atau doctoral.
“Pencaian ini bukan akhir tapi babak baru di bidang akademik. Di mana suatu unit pendidikan dapat meningkatkan atmosfer akademik. Penelitian juga harus lebih terdorong karena lebih kuat armadanya. Jadi ini akan menguntungkan dalam penguatan keilmuan yang diabdikan bagi kehidupan yang lebih luas lagi. Ingat bukan untuk mengejar kedudukan. Tapi guru besar akan lebih fokus pada kelangsungan pendidikan,” jelasnya.
Sementara itu, Prof Tuda dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar, yang mengangkat Strategi Baru Deteksi Malaria : Aplikasi Teknik Loop-Mediated Isothermal Aplification (LAMP) Mendeteksi Plasmodium Penyebab Malaria menyimpulkan bahwa penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia termasuk di Sulawesi Utara (Sulut).
“Penggunaan teknologi diagnostic masih berdasarkan cara konvensional dengan pemeriksaan mikroskopis sediaan darah. Kecepatan dan ketepatan diagnosis untuk tujuan pengobatasn sangat dipengaruhi oleh alat bantu diagnosis dan ketrampilan teknis pembaca sediaan darah sangat berperan dalam penanganan penderita malaria,” ujarnya sembari menambahkan bahwa teknik molekuler yang canggih namun dapat diaplikasikan pada situasi laboratories dan lapangan diharapkan menjadi alternative lain dalam mempercepat penanganan malaria.
“Perlu dipertimbangkan penggunaan teknik molekuler yang praktis dapat dilakukan di lapangan, salah satunya metode LAMP menjadi pendamping teknik konvensional yang tersedia di lapangan , khususnya di daerah terdapat plasmodium falciparum dengan derajat endemisitas rendah, untuk mencegah terjadinya malaria berat,” urainya.
Lebih jauh, Prof Tuda menyampaikan pujian kepada Tuhan sehingga dirinya dapat memangku jabatan guru besar. “Syukur kepada Tuhan, kiranya capaian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,” tukasnya.(axel)