Manado, SULUTREVIEW – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) 2017 yang melesat di level 6,2-6,4% year on year (yoy) atau meningkat 6,16% di tahun 2016 (yoy) tak lepas dari kontribusi sektor pariwisata.
Dijelaskan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Soekowardodjo, pariwisata merupakan sektor jasa yang memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Karenanya pemerintah berupaya maksimal agar tingkat kunjungan wisatawan mancanegara mengalami peningkatan.
“Pemerintah daerah berupaya menarik kunjungan wisman yang lebih besar pada tahun 2018. Upaya pemda di bidang pariwisata ini ditindaklanjuti dengan turut menyukseskan penetapan Manado sebagai salah satu destinasi unggulan nasional bersama 17 destinasi lainnya oleh Kementeri Pariwisata. Berikut rencana pembukaan rute baru Manado-Kuala Lumpur pada bulan Maret 2018,” beber Soekowardojo di sela diskusi Perkembangan Perekonomian Sulut 2017 dan Outlook 2018 di Avon’s Residence Rabu (10/1/2018).
Lanjut kata Soekowardojo, sepanjang Januari-November 2017, jumlah kunjungan wisman ke Sulut mencapai 70.716 orang. Kondisi ini meningkat dibandingkan tahun 2016 sebanyak 40,624 orang yang didominasi wisman asal Tiongkok. “Dari sisi pertumbuhan tahunan sedikit melambat. Hal itu dipengaruhi faktor base effect jumlah wisman 2015 yang mencapai 19 ribu orang.
Sementara itu ditambahkan Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sulut, MHA Ridhwan yang didampingi Kepala Tim Pengembangan Ekonomi BI Sulut, Gunawan, kemajuan pariwisata tak dapat hanya puas dengan potensi sumber daya alam saja. Perlu dilakukan terobosan. Antara lain melalui pengembangan infrastruktur dasar seperti konektivitas antar daerah pariwisata, penambahan flight, apakah itu melalui charter flight maupun promosi. “Ini perlu dikelola, bahkan harus juga dengan industri pariwisata kreatif bagaimana mengembangkan potensi dan kekayaan daerah hingga menyiapkan wisata atraksi.
“Pariwisata merupakan sumber perekonomian baru yang harus dibarengi dengan industri kreatif. Seperti menggali potensi khas daerah untuk dijadikan souvenir, kain khas daerah hingga pengembangan ekosistem pariwisata,” ujarnya.
Tak itu saja, menurut Ridhwan, pasokan energi listrik juga menentukan kelangsungan pariwisata. “Ketersediaan daya listrik membawa pengaruh bagi kelangsungan pariwisata. Sebab, kalau terjadi pemadaman secara sporadik ini akan memunculkan masalah bagi pelaku bisnis maupum wisatawan yang datang,” kuncinya.(hilda)