Badan Pengkajian MPR Bahas Pahlawan Jaman Now

Jakarta, SULUTREVIEW – Ketua Badan Pengkajian MPR RI, Bambang Sadono menegaskan jika pahlawan sekarang tentu orang dan pejabat yang bisa menjadi contoh, dan suri teladan masyarakat luas. Misalnya perilaku yang jujur, membela rakyat, mengentaskan kemiskinan, komitmen terhadap NKRI, Pancasila, dan mengutamakan kepentingan rakyat daripada diri dan kelompoknya.

“Kita butuh tokoh dan pejabat negara sebagai teladan dengan perilaku yang patut dicontoh dan diikuti untuk kemajuan, kedaulatan negara, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat,” katanya bersama sejarawan JJ Rijal dalam dialog kebangsaan “Pahlawan Jaman Now” di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (13/11/2017).

Menurutnya MPR RI sudah bertugas melakukan sosialisasi 4 pilar. Namun, lanjutnya MPR tak mampu sendirian, sehingga pemerintah merespon dengan membentuk UKP-IP (Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila) yang diketuai oleh Yudi Latif.

“UKP-IP ini kita harapkan mampu melakukan pembaruan dan semangat baru agar seluruh PNS khususnya pejabat negara dan daerah berperilaku baik. Bisa menjadi teladan masyarakat dan tidak korupsi,” tukasnya seraya menambahkan nilai-nilai tersebut disosialisasikan melalui kurikulum pendidikan sekolah, dan pentingnya arah pembangunan semacam Garis-Garis Haluan Negara (GBHN), agar pembangunan ke depan tidak menjadi personalisasi presiden sendirian.

“Jadi, melalui GBHN ini arah pembangunan itu lebih baik, dan MPR RI melakukan langkah-langkah strategis yang lebih besar. Jadi, pahlwan itu harus bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk kepentingan orang banyak,” tambah senantor dari Dapil Jawa Tengah itu.
JJ Rizal mengatakan jika pahlawan itu perwujudan dari nilai-nilai sebagai orang Indonesia. Dan, itulah yang coba diinstitusionalisasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

“Sayangnya ada dua tokoh; Semaun dan Tan Malaka, yang sampai hari ini belum diangkat sebagai pahlawan. Di era Orde Baru, pahlawan malah identik dengan militer,” tukasnya.

Anehnya lagi kata dia, gelar pahlawan yang diberikan oleh pemerintah selama ini lebih politis daripada sejarah kepahlawanan itu sendiri. Namun, bagaimana pahlawan itu sangat dibutuhkan untuk mempererat NKRI. Dan, itu harus diperkenalkan kepada generasi zaman now melalui film dan kurikulum pendidikan.

“Film dan kurikulum merupakan media yang baik untuk mengenalkan kepahlawanan tersebut. Hanya saja sutradara dan penulis, harus memahami sejarah itu sendiri, agar ceritanya tidak terpotong-potong dan mencederai perjuangan pahlawan itu sendiri,” kuncinya.(rizal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.