BI Rate Turun 25 bps, Sinyal Peningkatan Kredit dan Investasi di Sulut

Manado, Sulutreview.com – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah, harapannya dapat menjaga stabilitas serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, Andry Prasmuko, menyampaikan bahwa mengikuti hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 20-21 Mei 2025, telah memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75%, dan Lending Facility menjadi 6,25%.

Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran terus diarahkan untuk menjaga stabilitas dalam rangka memperkuat pertumbuhan ekonomi.

“Penurunan BI Rate memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan kredit dan investasi, karena biaya pinjaman akan menjadi lebih murah. Hal ini akan menjadi peluan untuk melakukan ekspansi bisnis atau investasi,” ungkap Kepala BI Sulut Andry Prasmuko saat bincang media tentang perkembangan perekonomian terkini Sulut, di aula BI pada Rabu (28/05/2025).

Penurunan BI Rate akan mendorong daya beli masyarakat. Di mana masyarakat akan diuntungkan dengan likuiditas yang lebih tinggi dan akses yang lebih mudah terhadap pinjaman murah. Penurunan BI Rate, sambung Prasmuko juga mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum, sehingga menciptakan peluang kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Masyarakat umum akan merasakan dampak positif dari penurunan BI Rate. Sehingga akan mendorong peningkatan kredit. Hal ini akan terlihat dari biaya pinjaman yang menjadi lebih rendah. Artinya, bunga yang didapatkan masyarakat lebih terjangkau. Dengan begitu, akan lebih banyak ruang untuk mengelola keuangan yang meningkatkan daya beli,” jelasnya.

Prasmuko merinci, kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulut masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa yang mencapai 59%. Sementara itu, kredit produktif kepada lapangan usaha, dalam hal ini sektoral dalam bentuk kredit modal kerja sebesar 27% dan kredit investasi sebesar 14% atau masih terbatas dengan tingkat non performance loan (NPL) yang relatif terkendali.

“Berdasarkan transmisi kebijakan moneter yang diikuti dengan kebijakan BI Rate 25 bps menjadi 5,50% di Mei 2025 direspon dengan baik oleh perbankan di Sulut, yang diikuti dengan kredit investasi dan kredit konsumsi.

Selanjutnya, dari aspek kinerja perekonomian Sulut, masih didorong dengan menguatnya konsumsi rumah tangga dan kosntruksi pemerintah.

“Dari sisi pengeluaran, kinerja perekonomian Sulut pada triwulan I tahun 2025, ditopang oleh menguatnya konsumsi rumah tangga, tepatnya pada hari besar keagamaan dan peningkatan nilai tukar petani umum. Selanjutnya untuk konsntruksi pemerintah masih ditopang oleh realisasi pembayaran THR dan ekspor, dalam hal ini minyak nabati,” ungkap Prasmuko.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *