Mitra, Sulutreview – Sebuah refleksi mendalam mengenai perilaku jemaat gereja diungkapkan oleh seorang tokoh pemuda asal Ratatotok Deddy Rundengan. Pernyataan berani ini muncul di tengah suasana perayaan Natal dan Tahun Baru yang seringkali diwarnai dengan suasana keagamaan yang intens.
“Terkadang, kita menganggap seseorang yang sering berada di gereja sebagai orang yang saleh. Padahal, kenyataannya, sering kali perilaku mereka tidak selaras dengan ajaran yang diperoleh di gereja,” ungkap tokoh pemuda ini. “Ini yang sering menjadi batu sandungan, bukan orang yang jarang beribadah atau hanya datang sekali setahun. Kita harus mencermati perilaku dan tindakan, bukan hanya frekuensi kunjungan ke gereja.”
Ia mengungkapkan keprihatinannya tentang tren yang semakin menonjol di masyarakat, dimana kehadiran di gereja sering kali dianggap sebagai “pencitraan” atau “formalitas” tanpa dibarengi dengan perubahan perilaku yang sejati.
“Apakah kita hanya ingin terlihat religius di mata orang lain? Apakah kita sungguh-sungguh menyerap ajaran yang kita dapatkan di gereja? Atau hanya sekedar menjalankan ritual tanpa meningkatkan kualitas hidup kita?” tanya tokoh pemuda ini dengan nada yang mengungkapkan kecemasan.
Menurutnya, iman harus tercerminkan dalam perilaku sehari-hari. “Kita harus menjadi garam dan terang dunia ini,” katanya. “Mari kita jadikan gereja sebagai tempat untuk mencari hikmat dan berubah menjadi lebih baik, bukan hanya sekadar tempat berkumpul dan berpenampilan religius.”
Tokoh pemuda ini juga mengingatkan tentang pentingnya pertobatan. “Pertobatan bukan hanya kata-kata tapi perubahan hidup yang nyata. Mari kita renungkan perilaku kita dan berusaha menjadi lebih baik di tahun baru ini,” ujarnya.
Ia mengajak semua pihak untuk mencermati perilaku kekristenan yang sesungguhnya dan secara bersama-sama menciptakan lingkungan gereja yang benar-benar mencerminkan ajaran Kristus dan memberikan inspirasi positif bagi masyarakat.
“Buat saya tidak ada istilah burung taong, karena burung gereja lebih banyak mengotori gereja daripada burung taong,” sentilnya. (***)