Manado, SULUTREVIEW
Pohon kelapa yang menjadi lambang kebanggaan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan institusi pendidikan tinggi, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), kini menghadapi guncangan pasar.
Hal itu menjadi tantangan terbesar untuk menghidupkan kembali kejayaan kelapa Sulut.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE mengatakan, Pemprov telah berupaya mencari jalan keluar untuk mengangkat terpuruknya harga kelapa yang penentunya adalah pasar dunia.
“Satu-satunya balai besar kelapa ada di Provinsi Sulawesi Utara, tetapi peran balai belum maksimal. Kita harus bekerja sama untuk meningkatkan produk kelapa khususnya dari Provinsi Sulut,” kata Olly saat menghadiri puncak acara Dies Natalis ke-59 Fakultas Pertanian (Faperta) Unsrat, Jumat (17/5/2019).
Olly sendiri mengaku telah melakukan pantauan ke sejumlah negara seperti Belanda dan Filipina, apakah ada permainan pedagang.
“Ternyata kopra yang dibeli dari Sulut diproduksi sampai beberapa turunan (baca diversifikasi). Itulah yang menyebabkan harganya menjadi mahal. Ke depan kita bisa tingkatkan, sehingg nilainya menjadi tinggi dan petani kelapa akan diuntungkan,” sebut Olly sembari menantang kontribusi akademisi Faperta Unsrat.
“Saat ini Pemprov sudah memproduksi minyak kelapa murni, pasar juga sudah tersedia. Antara lain dengan menyediakan oleh-oleh bagi turis Cina sebanyak 600 mili liter. Nantinya akan datang 1,500 Cina, mereka juga akan diberikan produk minyak kelapa murni. Saya berharap Faperta Unsrat bisa bekerja sama,” jelas Olly.
“Pemprov perlu pendampingan supaya produk kelapa masyarakat layak untuk dikonsumsi,” tambahnya.
Di sisi lain, Olly menyampaikan akan menyerahkan lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) kepada Unsrat untuk pengembangan kelapa.
“Ada 200 hektar eks HGU yang terdapat di Mitra dan Bolmong. Tanah-tanah HGU Pemprov ini akan diambil alih dan diserahkan ke Unsrat untuk pengembangan kelapa,” tukasnya.
Sebelumnya, Rektor Unsrat, Prof Dr Ir Ellen Kumaat MSc DEA, mengatakan masalah pertanian tidak semata-mata urusan soal benih dan pupuk. Tetapi bagaimana membudidayakan produk pertanian, khususnya kelapa dan meningkatkan ekonomi petani.
“Berdasarkan kerja sama Pemprov Sulut dan Unsrat kami siap untuk berpartisipasi aktif dalam menghidupkan kembali kejayaan kelapa yang ada di Sulut. Hal ini menjadi tantangan Fakultas Pertanian,” ujarnya.
Kumaat memastikan didukung sumber daya manusia yang mumpuni, yakni kalangan akademisi, maka tantangan kelapa Sulut dapat diatasi.
“Faperta memiliki sejumlah jurusan potensial, yakni budidaya, teknologi pertanian, hama dan penyakit maupun sosial ekonomi. Mereka akan mem-backup segala sesuatu yang menyangkut hama dan penyakit kelapa, sehingga produk kelapa Sulut hidup kembali,” kata Kumaat.
Dekan Faperta Unsrat, Prof Ir Robert Molenaar MS PhD menyampaikan peringatan ini merupakan langkah yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita dalam mengisi penyelenggaraan Tri Dharma perguruan tinggi, khususnya di bidang pertanian.
Ketua Panitia Dies Natalis ke 59, Fakultas Pertanian (Faperta), Dr Rine Kaunang SP MBA mengatakan Dies Natalis merupakan momen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Hadir menyampaikan orasi ilmiah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI, Dr Ir Fadjry Djufry MSi yang membahas materi Inovasi Hasil-hasil Penelitian dan Pengembangan Pertanian Menuju Era Revolusi Industri 4.0.
Sementara itu, Ir Rita Maya Dondokambey-Tamuntuan, isteri terkasih dari gubernur Sulut, yang merupakan salah satu alumni Faperta Unsrat, juga turut hadir pada kegiatan ini.(eda)