Manado, SULUTREVIEW
Manado merupakan salah satu kota yang sangat antusias merayakan Imlek dan Cap Go Meh di mana pelaksanaannya sudah ratusan tahun dan dipusatkan di kampung Cina, tepatnya di kelenteng berada.
Upacara Cap go meh adalah puncak perayaan tahun baru Imlek. Dilaksanakan 15 hari sesudah tahun baru Imlek
“Makna perayaan Cap Go Meh adalah rasa syukur kehadirat Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Besar Maha Kuasa Serta Para Shen Ming berkaitan dengan kebesaran alam semesta & semua Mahluk ciptaan Tuhan di awal tahun baru Imlek, bulan purnama pertama di tahun baru Imlek,” ujar Ketua Komunitas Budaya Tionghoa Sulut Wenshi (Ws) Sofyan Jimmy Yosadi, SH.
Perayaan tahun baru Imlek & Cap Go Meh menurut Anggota Dewan Rohaniwan MATAKIN ini adalah hari raya bagi umat Khonghucu, sesuai perintah agama dan terdapat dalam Kitab Suci Agama Khonghucu baik Kitab Wu Jing juga Kitab Si Shu.
“Rasa syukur ini dilaksanakan dengan ritual keagamaan, persembahyangan termasuk arak-arakan Tandu / Joli sbg miniatur Klenteng (Miao, Bio) yang didalamnya ada Jinshen / Kimsin Para Shen Ming (Roh Suci), Para Malaikat,” tambahnya lagi.
Berkaitan dengan perayaan Cap Go Meh sebagai mana asal muasalnya budaya Tionghoa di Tiongkok maka diadakan pesta Lampion disertai tarian Naga (Liong) & barongsai serta aspek budaya Tionghoa lainnya
Perayaan Cap Go Meh di Manado adalah wujud akulturasi budaya dan toleransi antar umat beragama. Keterlibatan pemerintah kota Manado, para tokoh agama & tokoh masyarakat patut diapresiasi karena demikianlah seharusnya pemerintah melayani semua masyarakatnya secara adil tanpa diskriminasi dan tanpa memilih
Pimpinan Pusat Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) ini juga menguraikan harapannya semoga di tahun Imlek 2570 Kongzili, bertepatan dengan Shio Babi unsur Tanah, harapan & doanya semoga senantiasa dilindungi dari segala bencana alam, semoga perekonomian hasil bumi semakin meningkat dan kesejahteraan dirasakan oleh semua masyarakat dan ditahun politik ini dihindari segala konflik ditengah masyarakat namun menghadapinya sebagai pesta demokrasi.
“Apapun pilihannya maka kita laksanakan dengan riang gembira. Saya pun mengajak umat Khonghucu dan masyarakat Tionghoa serta seluruh masyarakat untuk berperan aktif, tidak golput dan menggunakan hak pilihnya apapun perbedaan pilihannya kita tetap bersaudara sebagai bagian dari warga bangsa Indonesia yang kita cintai bersama,” tutup Advokat serta ketua Bidang Hukum & Advokasi MATAKIN seluruh Indonesia ini.(rizky)