Manado, SULUTREVIEW – Keberadaan pesantren sebagai wadah organisasi kaum intelektual umat Muslim, mendapat perhatian khusus dari Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), menyusul digulirnya program capacity building yang digelar Rabu (18/4/2018).
Mengusung tema bijak ‘Peningkatan Kapabilitas dan Keterampilan Menuju Kemandirian Ekonomi Pesantren’ diharapkan dapat membuka wawasan para santri agar peka membaca peluang pasar.
Dijelaskan Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Sulut, Ridhwan bahwa BI berkomitmen untuk memajukan dan mendorong kemandirian ekonomi pesantren di Sulut.
“Dengan demikian akan meningkatkan pertumbuh perekonomian daerah,” sebutnya.
Lebih jauh, Ridhwan mengatakan potensi pesantren di Sulut diketahui cukup besar. Hanya saja belum tergarap secara maksimal. Karenanya, BI berupaya memberikan edukasi, pelatihan serta transfer ilmu berikut fasilitasi sehingga menghasilkan pelaku usaha yang maju dan berkualitas.
“Sudah bukan zamannya lagi, pesantren hanya berharap pada bantuan pemerintah. Harus belajar mandiri secara ekonomi,” tukasnya sembari menambahkan jika pesantren maju dan mandiri secara ekonomi akan menghasilkan santri yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan.
“Kami berupaya mendorong pesantren di seluruh tanah air untuk membangun gerakan kerja sama ekonomi syariah antarpesantren sebagai wujud nyata peran pesantren dalam pemberdayaan ekonomi yang lebih inklusif,” ujarnya.
Diketahui, berdasarkan survei BI Provinsi Sulut, memperlihatkan bahwa sumber dana pesantren yang terbesar berasal dari iuran santri. Sedangkan kontribusi dari unit usaha masih relatif kecil, yakni sebesar 12 persen.
Tak itu saja, sebagian sumber dana pesantren juga berasal dari bantuan pemerintah. “Kecilnya kontribusi unit usaha disebabkan karena terdapat beberapa kendala dalam pengembangan ekonomi pesantren. Kendala tersebut antara lain pemasaran, jaringan, kapabilitas, dan permodalan. Untuk itu, sehubungan dengan permasalahan mendasar yang dihadapi pesantren, BI Provinsi Sulut dan Kementerian Agama serta pesantren telah menyusun roadmap pengembangan Kemandirian Ekonomi Pesantren di semua daerah. Dengan begitu akan mudah mengetahui bidang usaha apa yang akan diseriusi pesantren.
Sementara itu, Hiyati Ahwarumi perwakilan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan Jawa Timur dalam presentasi suksesnya banyak memotivasi para santri yang datang di aula BI Sulut.
“Pesantren harus mandiri jangan andalkan proposal. Miliki keinginan untuk sukses dunia dan akhirat,” ujarnya.
Hiyati juga banyak memberikan testimoni tentang sukses mengelola bisnis. ” Bisnis itu ada ilmunya, yang diatur dalam Standar Operasional Prosedur atau (SOP), harus paham manajemen keuangan. Bahkan saya sampai sekarang terus belajar,” ujar.
Hiyati juga merinci pesantrennya yang kinu banyak bergerak di bidang industri, bisnis retail, jasa, restoran, media, peternakan serta sektor lainnya.
Tampil juga sebagai pembicara, Marlon Kamagi dari Terrago Indonesia yang menyampaikan tentang Nilai Bisnis Sampah unorganik, melalui materi ‘Swakelola Sampah Menuju Ekonomi Kreatif’.(hilda)