Manado, SULUTREVIEW – Event gathering yang disuport Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) bersama jurnalis ekonomi yang digelar 22-25 November 2017 di Yogyakarta sarat dengan edukasi.
Sejumlah destinasi unik dan menarik, berikut wisata budaya yang dikemas apik oleh event organizer (EO), yang dipercayakan pada Harian Jogja (Harjo), benar-benar meninggalkan kesan mendalam.
Betapa tidak, 16 jurnalis yang berasal dari media cetak, elektronik dan online mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Bahkan menjadi peluang dan pembanding saat menulis potensi destinasi pariwisata maupun budaya yang sangat dijungjung tinggi di Yogyakarta.
Sebut saja ketika rombongan jurnalis diajak menuju desa wisata Tembi, yang terletak di Timbulharjo Sewon Bantul. Terlihat suatu suguhan alam yang natural yang layak untuk dicontoh dan diterapkan di Sulut sehingga dapat memberdayakan masyarakat desa secara ekonomi.
Di tempat ini, derasnya arus modernisasi di zaman now, seakan tak mampu menggerus adat dan budaya masyarakat Desa Tembi yang justru terus merawat dan melestarikan nilai-nilai budaya. Bahkan menjadikannya sebagai aset yang dapat ‘dijual’ untuk meningkatkan ekonomi.
Menurut Mamager Home Stay Desa Tembi, Acuy tidak ada yang istimewa. Mereka hanya mempertahankan yang sudah ada. “Setiap tamu yang datang berkunjung apakah tamu lokal maupun mancanegara kita suguhkan dengan atraksi sederhana. Contohnya saja gejok lesung yang dimainkan para wanita lansia. Tetapi hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Demikian juga dengan room yang kami sediakan sangat sederhana ala ‘kampung’ yang ternyata juga lebih disukai,” ungkap Acuy sembari menambahkan bahwa arsitek leluhur menjadi objek yang dikedepankan.
Selain itu, rombongan jurnalis juga diajak untuk menikmati wisata alam yang diakibatkan oleh fenonema alam. Antara lain Gumuk Pasir yang juga terletak di Bantul.
Menurut koordinator perjalanan, Vian, Gumuk Pasir dihasilkan dari tebaran abu vulkanik Gunung Merapi yang kemudian terbawa angin. Nah, di tempat ini wisatawan dapat mengabadikan setiap momen dengan foto selfi.
Tak cukup sampai di situ, perjalanan semakin mengasyikkan ketika rombongan jurnalis kemudian mengikuti perjalanan yang dikemas dalam tema ‘Mengejar Matahari’ atau Lava Tour yang dimulai pada pukul 03.15 WIB. Di sini kendaraan yang digunakan juga istimewa yakni jeep Willys dengan kesan offroad menantang sehingga para jurnalis merasakan sensansi perjalanan yang anti meanstream.
Lagi-lagi, paket perjalanan unik dengan mengangkat napak tilas bencana Merapi di November 2013 ini menjadi cerita bahwa pernah ada kejadian dasyat yang telah menghilangkan sejumlah desa dan korban manusia. Berikut dibumbui kisah heroik Mbah Marijan yang menjadi penyemangat bagi wartawan, karena guide panjang lebar menceritakan figur atau sosok yang penuh tanggung jawab sebagai juru kunci Gunung Merapi yang menunjukkan kesetiannya sampai akhir.
Setelah puas dengan Lava Tour, rombongan jurnalis juga dipertemukan dengan budayawan kondang, Den Baguse Ngarso. Dia secara detil menjelaskan secara detil tentang batik hingga kebudayaan Yogyakarta.
Dan tak kalah serunya, jurnalis juga diajarkan memanah atau yang lebih dikenal dengan jemparingan. Fokus adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan supaya mampu membidik sasaran. Bukan dengan mata jasmani saja, tetapi juga intuisi.
Praktis paket wisata yang dikemas sederhana ini sejatinya telah menghidupkan roda ekonomi masyarakat. Sulut bisa mengadopsinya, karena Sulut dianugerahi alam yang menakjubkan. Ada danau, gunung, dan laut dengan pemandangan eksotismenya.
Sebelumnya, rombongan jurnalis yang dikoordinir sejumlah staf Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI), Gunawan, Sigit Imam dan Rivo juga melakukan visit atau kunjungan ke beberapa media. Yakni Harian Jogja dan Kedaulatan Rakyat. Berikut visit ke sentral kerajinan kulit Manding dan aneka kerajinan lainnya.
“Gathering ini dimaksudkan bagaimana para jurnalis dapat mengembangkan berbagai hal yang dijumpai di Yogyakarta sebagai edukasi dan menambah wawasan,” sebut Gunawan.(hilda)