Manado, SULUTREVIEW – Rembuk Nasional 2017 yang bertemakan Membangun Desa Berbasis Wisata Budaya dan Ekonomi Kreatif, dimaksudkan menjadi terobosan untuk kesejahteraan rakyat.
Kegiatan yang mempertemukan akademisi, praktisi, analis, pelaku usaha, asosiasi profesi, mahasiswa, LSM, budayawan, seniman, awak media, dan masyarakat umum tersebut merembukan berbagai topik permasalahan yang menjadi prioritas pembangunan serta masalah aktual.
“Rembuk Nasional 2017 ini memdalami 12 bidang terkait pembangunan dan masalah nasional yang perlu mendapat perhatian khusus membangun Desa Berbasis Wisata, Budaya dan Industri Kreatif,,” ungkap Ketua Panitia Rembuk Dr Agus Supandi di auditorium Universitas Sam Ratulangi Senin (25/9).
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey SE mengatakan pembangunan sektor pariwisata mengalami pertumbuhan pesat. “Infrastruktur penunjang seperti bandara, perhotelan, jalur transportasi, sarana prasarana lokasi wisata, juga promosi telah memacu aliran investasi yang masuk serta peningkatan kualitas dan kuantitas destinasi wisata baik lokasi wisata maupun iven-iven pariwisata,” katanya.
Gubermnur menambahkan kebijakan di sektor pariwisata juga telah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulut, menyusul dibukanya konektivitas dari dan keluar negeri lewat penerbangan langsung ke Manado dari sejumlah kota besar di Tiongkok.
“Berbagai strategi ini telah memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Sejak periode Juli 2016 hingga Agustus 2017 ini, total wisatawan mancanegara yang masuk ke Sulut mencapai 99.824 wisatawan atau melonjak drastis jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2015 yakni sebanyak 27.059 orang wisatawan,” ungkapnya.
Kegiatan ini menampilkan sejumlah pembicara dari kalangan profesional, masing-masing dengan bahasan Teknologi Informasi dan Digitalisasi oleh Samsriyono Nugroho, Pengembangan Pariwisata Berkeanjutan oleh Hiramsyah Thaib, Pengembangan Industri Pariwisata Dony Oskaria dan Ekowisata oleh John Tasirin yang adalah akademisi Unsrat.
“Sulut adalah monumen ekowisata global, Indonesia adalah laboratorium ekowisata dunia,” ujarnya sambil menambahkan dari data yang ada, Sulut mengandalkan objek wisata bebasis alam. “Namun hampir-hampir Sulut belum bekin apa-apa masih apa adanya, Kendati kunjungan turis terus bertumhuh,” ujarnya.
Di sisi lain, Rektor Universitas Sam Ratulangi, Prof Dr Ir Joan Kumaat MSc DEA menyambut baik giat rembuk yang diharapkan dapat menjadi terobosan bagi masyarakat di Bumi Nyiur Melambai untuk mendorong terciptanya ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Diketahui, Rembuk Nasional bidang Pariwisata dan Ekonomi-Industri Kreatif membahas bagaimana pariwisata Indonesia sebagai destinasi utama dunia dan meningkatkan Ekonomi-Industri Kreatif Indonesia antara lain, pariwisata sebagai leading sector, bukan hanya untuk kementerian Pariwisata tapi juga lembaga lain yang terkait Perlunya menciptakan Undang-undang untuk memproteksi destinasi pariwisata di Indonesia, Perlunya dibentuk badan Pengelola Destinasi, yang dapat berada di bawah Kementerian Pariwisata dan memiliki kewenangan terkait pengembangan dan pengelolaan akses, amenitas dan atraksi.
Perlunya upaya sistematis dan terintegrasi untuk meningkatkan suplai SDM berkualitas bagi aktifitas pengembangan destinasi
Perlunya deregulasi dan skema insentif yang memadai untuk semakin menarik minat investasi bagi pengembangan destinasi.(hilda)