Manado, Sulutreview.com – Secara umum kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terus menguat. Hal itu disebabkan oleh proses pemulihan ekonomi atau (recovery economy) serta meningkatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat.
Secara kumulatif, ekonomi Sulut tahun 2022 dibandingkan tahun 2021 tumbuh sebesar 5,42 persen.
Perekonomian Sulut berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2022 mencapai Rp157,03 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp96,77 triliun.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh sebesar 12,41 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga
(LNPRT) yang tumbuh sebesar 6,94 persen.
Ekonomi Sulut pada triwulan IV-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 6,47 persen (q-to-q).
“Permintaan akhir tahun yang melonjak karena adanya libur sekolah, Natal, dan tahun baru menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ini. Dari sisi produksi, sebagian besar lapangan usaha tumbuh positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Lainnya, yakni sebesar 18,84 persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, Asik Saputra, Senin (06/02/2023).
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh sebesar 20,56 persen.
Ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,20 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh 10,77 persen.
“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,66 persen,” ujarnya.
Struktur perekonomian Sulut menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2022 didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, perdagangan besar dan eceran, reparasi nobil dan sepeda motor, konstruksi; industri pengolahan; dan transportasi dan Pergudangan dengan share masing-masing sebesar 20,90 persen; 13,32 persen; 11,44 persen; 10,67 persen; dan 10,30 persen.
Gubernur Sulut Olly Domdokambey menyampaikan bahwa progress nilai tukar petani (NTP) Sulut, yang mengalami kenaikan, menjadi tolok ukur bahwa sektor pertanian, menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. “Salah satu program pemerintah adalah meningkatkan pertanian agar berjalan baik. Terbukti, nilai tukar petani naik terus,” ujarnya.
Pemerintah, sambung Olly, saat ini, sangat fokus pada program pertanian. “Kami berterima kasih karena masyarakat mendukung program pemerintah. Ini adalah bentuk kerja sama sehingga semuanya akan terwujud,” tandasnya.(srv)