Wagub Klaim Capaian UNBK 2019 Murni Tanpa Rekayasa

Manado, SULUTREVIEW – Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Drs Steven Kandouw,  mengaku optimistis dengan kualitas pendidikan di Sulut. Salah satunya didorong oleh capaian integritas yang membanggakan.

Menurutnya, hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) jenjang SMA/SMK yang menempatkan posisi Sulut di peringkat 32, bukan karena pendidikan Sulut kurang berkualitas. Sebab, nilai rata-rata yang dihasilkan adalah murni tanpa rekayasa.

“Dari sisi integritas, UNBK Sulut sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kejujuran siswa yang mengikuti ujian semakin baik. Artinya murni, tidak ada rekayasa,” tukasnya Selasa (28/5/2019).

Capaian UN yang sempat mengejutkan kalangan pendidikan,  karena masuk klasifikasi terendah, perlu dicarikan solusinya. Namun yang perlu diapresiasi adalah, UN kali ini tidak ada permainan nilai.

“Kalau waktu lalu nilai tinggi-tinggi, tetapi pada saat ikut seleksi di Perguruan Tinggi Negeri, tidak lolos,” kata Kandouw.

Berdasarkan konsolidasi internal pendidikan, pelaksanaan  UNBK Sulut sudah 100%. Tetapi daerah yang lain masih Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP).

Sebelumnya, berdasar data yang diungkap Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sulut, dr Grace Punuh MKes, berdasar catatan data standar kelulusan 2018 jenjang SMA, untuk  nilai rata-rata yang dicapai SMA-IPA 45,4. Selanjutnya SMA-IPS 36,6 dan SMK 39,3.

Menariknya untuk capaian integritas yang mengedepankan kejujuran, untuk SMA-IPA dan IPS mencapai 98.1 dan SMK 98,6.

Menurut Punuh, sesuai UU nomor 20 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pada tahun 2018, Sulut sudah 100% melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

“Pelaksanaan UNBK sesungguhnya  dapat meredam kecurangan karena siswa tidak mengandalkan bocoran soal dan kunci jawaban. Nah, ini yang menarik untuk dikaji ketika integritas naik, namun capaian nilai rata-rata justru di bawah,” katanya.

Lebih menarik lagi, dikatakan Kepala LPMP Sulut, Florens Panungkelan SE MPd, ternyata standar kompetensi dari kepala sekolah (kepsek), pengawas dan guru kualitasnya jauh di bawah rata-rata nasional.

“Semuanya di bawah rata-rata nasional. Kalau dianalogikan, keberadaan kepsek, pengawas dan guru di Sulawesi Utara ini, tengah sakit. Jadi mereka harus mencari cara dan upaya sehingga sakit itu dapat disembuhkan,” kata Panungkelan.

Capaian uji kompetensi yang berhasil dihimpun LPMP, untuk nilai rata-rata kepsek Provinsi Sulut tercatat 43,04, jauh di bawah nasional yang berada di posisi 56,37.

“Untuk nilai rata-rata tertinggi adalah Yogyakarta sebesar 61,47,” ujarnya.

Demikian juga dengan uji kompetensi guru, per jenjang pendidikan diketahui untuk SD 50,01, SMP 52,39, SMA 55,18 dan SMK 52,92.

“Nilai uji kompetensi guru, berdasar provinsi sebesar 51,65. Sementara nasional 56,69,” ujarnya.

Hal yang sama juga terjadi di lingkup pengawas, nilai rata-rata yang dicapai 53,98, sedangkan rata-rata nasional 55,26. Di mana nilai tertinggi dicapai Yogyakarta sebesar 60,44.

“Kualitas kepsek, guru dan pengawas  harus terus ditingkatkan. Karena uji kompetensi merupakan parameter yang menyatakan hasil berbanding lurus,” tukasnya.(eda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *