TPID Sulut Sasar Ketahanan Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi

Manado, SULUTREVIEW

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memiliki peran penting, dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.

Hal itu dapat terlihat dari catatan inflasi Sulut dari  tahun 2001 hingga tahun 2010, secara rata-rata mencapai angka 8,65% (yoy).

“Namun, setelah TPID dibentuk pada tahun 2010, rata-rata Inflasi tahunan turun hingga hampir 50% setengahnya ke angka 4,59% (yoy),”  ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat pada forum High Level Meeting TPID yang digelar di aula BI Sulut, pada Senin (20/5/2019).

Menjelang paruh pertama tahun 2019 ini  inflasi Sulut, kata Arbonas, menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan.

“Pada bulan April, Sulawesi Utara mencatat deflasi sebesar -1,27% (mtm). Deflasi tersebut menyebabkan inflasi tahunan per bulan April 2019, mencapai angka 0,07% (yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar -1,42% (ytd).
Kerjavsama dan sinergi yang baik antar lembaga, khususnya melalui forum TPID, menjadi kunci keberhasilan menjaga inflasi di angka yang rendah dan stabil tersebut.” tukasnya.

Namun demikian, sambung Arbonas, inflasi Sulut harus diwaspadai. Mengingat banyaknya tantangan dalam pengendalian  ke depan yang masih harus dihadapi.

Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan TPID Provinsi Sulut, diapresiasi secara luar biasa oleh Presiden Republik Indonesia, di mana TPID provinsi Sulut ditetapkan sebagai TPID terbaik propinsi se-Sulawesi pada tahun 2017.

Selain itu, untuk tingkat kabupaten/kota non pencatatan inflasi, Kota Bitung juga terpilih sebagai TPID berprestasi tingkat Pulau Sulawesi.

“Terkendalinya laju inflasi Sulawesi Utara tidak terlepas kerja keras Pemerintah Provinsi bersama Tim pengendalian inflasi daerah. Tahun ini berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan TPID untuk memastikan pergerakan harga tetap stabil,” kata Arbonas.

Koordinasi TPID, sebut Arbonas, dalam rangka menyusun strategi pengendalian harga, operasi pasar, komunikasi untuk membentuk ekspektasi, pelaksanaan pasar murah serta kelancaran logistik menjadi salah satu faktor terjaganya inflasi dalam rentang targetnya.

“Namun demikian, kita tidak boleh lengah dan cepat puas diri. Perayaan Idul Fitri 1440 H yang akan jatuh pada bulan Juni, Perayaan Pengucapan Syukur di tingkat kabupaten dan kota yang akan diselenggarakan di sepanjang Triwulan III serta perayaan Natal dan Tahun Baru 2020 adalah momentum-momentum yang harus senantiasa kita kawal agar inflasi terkendali pada level yang rendah dan stabil,” jelasnya.

Tantangan utama yang dihadapi adalah menjaga inflasi komoditas pangan strategis di Sulut yaitu komoditas bawang, cabai dan tomat atau yang kita lebih kenal dengan akronim ‘Barito’, yang memberikan tekanan inflasi yang cukup tinggi pada kurun waktu tiga tahun terakhir.

Kenaikan harga komoditas Angkutan Udara yang juga secara umum berimplikasi kepada peningkatan biaya logistic, dapat memberikan tekanan khusus kepada inflasi di Sulawesi Utara.

Ke depan, koordinasi intensif dan sinergi antar dinas/instansi terkait yang sudah sangat baik dan efektif dalam mengendalikan inflasi Sulut perlu dipertahankan.

Sementara itu, Gubernur Sulut, Olly Dondokambey SE pada kesempatan yang sama mengatakan agar target pertumbuhan ekonomi membaik dibutuhkan sinergitas dan dukungan kabupaten/kota melalui empat kebijakan utama (4K) yang mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.

Sejak dibentuknya TPID di Provinsi Sulut dari tahun ke tahun, inflasi menunjukkan perkembangan sangat baik.

“Karena dapat menjaga inflasi, kita mendapatkan satu penghargaan inflasi terbaik se Sulawesi dari pusat. Inilah yang harus dijaga. Sebab, untuk apa pertumbuhan ekonomi kita tinggi, jika inflasi juga tinggi. Maka hal itu tidak ada nilainya,” sebutnya.

Ke depan kita berharap dapat mencapai pertumbuhan ekonomi antara 6,3% sampai 6,7% dengan perimbangan 2,7 plus minus 1.

“Hal ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya sambil menambahkan sampai dengan April 2019, Sulut mengalami deflasi sebesar 1,27%.

“Ini menjadi tabungan kita di awal tahun ini, terutama menjelang lebaran,” tandasnya.(eda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *