Manado, SULUTREVIEW
Pada bulan April 2019 Sulawesi Utara (Sulut) kembali mencatat deflasi sebesar 1,27% (mtm) dan mencatat inflasi tahun kalender sebesar -1,42% (ytd) serta inflasi tahunan sebesar 0,07% (yoy).
Deflasi Sulut bulan April 2019 tersebut lebih dalam dari bulan Maret, yang tercatat deflasi sebesar 0,69% (mtm), maupun dari rata-rata inflasi bulan April dalam 5 tahun terakhir yang tercatat sebesar 0,11% (mtm), serta lebih rendah dari inflasi Nasional sebesar 0,44% (mtm).
Turunnya angka IHK yang cukup dalam menyebabkan inflasi tahunan 0,07% (yoy) di bulan April 2019 jauh lebih rendah dibanding inflasi tahunan di bulan April 2018 yang
tercatat sebesar 2,24% (yoy), juga inflasi tahunan Nasional yang tercatat sebesar 2,83%
(yoy).
Melihat perkembangan inflasi Sulut sampai bulan April tersebut, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut masih optimis memperkirakan laju inflasi pada tahun 2019 akan tetap berada pada rentang 3±1% (yoy).
“Meskipun mengalami deflasi tiga bulan terakhir, namun perlu diperhatikan bersama, bahwa komoditas bahan makanan seperti Barito di Sulawesi Utara tetap memiliki potensi risiko untuk menyumbang inflasi yang cukup tinggi apabila terdapat koreksi harga yang tidak terkendali di bulan-bulan mendatang khususnya dalam menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat melalui siaran pers Kamis (2/5/2019).
Bank Indonesia memperkirakan bahwa pada bulan Mei dan Juni akan terdapat tekanan kepada jenis bahan makanan tersebut seiring dengan masuknya kedua event hari besar keagamaan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan memperhatikan tantangan tahun 2019 dan khususnya dalam menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN), Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) selalu berupaya berkoordinasi dan mengambil upaya-upaya bersama yang diperlukan guna menjaga ketersediaan pasokan melalui Pelaksanaan Operasi Pasar dan Pasar Murah khususnya komoditas
strategis.
Selanjutnya menjaga keterjangkauan harga dan memastikan kelancaran distribusi melalui Sidak Pasar secara Reguler serta Pencanangan bawang, rica dan tomat (Barito) 4.0 yang bekerja sama dengan beberapa elemen masyarakat serta pengelolaan ekspektasi masyarakat
dengan perluasan akses informasi harga dan pasokan di pasar.
Diketahui, secara umum seluruh kota dari 11 kota IHK di Pulau Sulawesi mencatat inflasi, hanya Sulut yang mencatat deflasi dengan deflasi terdalam secara Nasional. Secara spasial, deflasi terdalam di Pulau Sulawesi mengulangi pola yang sama pada inflasi di bulan Maret 2019.
Berdasarkan kelompoknya, deflasi juga hanya terjadi pada kelompok Bahan Makanan, sementara kelompok lainnya mencatatkan inflasi.
Ditinjau dari penyebabnya, deflasi Sulut pada bulan April 2019 terutama disebabkan oleh kelompok Bahan Makanan sebesar -6,47% (mtm) dengan kontribusi inflasi
pada bulan berjalan sebesar -1,58% (mtm). Komoditas utama penyumbang deflasi yang masih berlanjut penurunan harganya adalah : Tomat Sayur dan Cakalang/Sisik dengan kontribusi deflasi pada bulan berjalan masing-masing sebesar -1,319% dan -0,164%
(mtm).
Selain komoditas tomat sayur dan cakalang/sisik, penurunan harga juga terjadi pada komoditas beras, ikan tindarung dan daging ayam ras yang juga berkontribusi mendorong deflasi dengan kontribusi deflasi pada bulan berjalan masing-masing sebesar -0,069%, -0,063% dan -0,056% (mtm) sama halnya di bulan Maret, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau juga mencatat inflasi di bulan April sebesar 0,33% (mtm) dengan kontribusi inflasi pada bulan berjalan sebesar 0,05% (mtm).
Inflasi pada kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau disebabkan oleh meningkatnya harga air kemasan, rujak dan teh manis dengan kontribusi inflasi pada bulan berjalan masing-masing sebesar 0,03%, 0,03% dan 0,02% (mtm).
Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar dengan menyumbang inflasi sebesar 0,50% (mtm) dengan kontribusi inflasi pada bulan berjalan sebesar 0,14% (mtm). Inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga dengan kontribusi inflasi pada bulan berjalan sebesar 0.1612%(mtm).(eda/*)