Karamoy: Peningkatan Daya Saing Dorong Kepercayaan Luar Negeri

Manado, SULUTREVIEW – Peningkatan peringkat daya saing Indonesia di posisi 36 dari posisi sebelumnya yang ada di level 41 merupakan pertumbuhan ekonomi yang membanggakan.

Penilaian yang dilakukan Laporan World Economic Forum’s Global Competitiveness Report 2017-2018 tersebut, menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung membaik dan stabil.

“Kita mengalami kenaikan 5 peringkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan luar negeri,” ungkap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Dr Herman Karamoy SE MSi Ak CA, Kamis (5/10/2017).

Praktis perubahan peringkat daya saing, lanjut Karamoy akan direspon luar negeri. Terutama dari sisi investasi. “Investasi pastinya akan terdampak. Karena dengan adanya kepercayaan, maka investasi akan bergairah dan diperhitungkan pihak luar,'” tukasnya.

Hanya saja untuk menarik masuknya investasi, tambah Karamoy butuh kerja keras dan usaha maksimal. “Aktivitas ekonomi harus terus didorong. Hal ini juga tak lepas dari penguatan kebijakan yang diberlakukan, dalam artianya tidak menyulitkan berbagai pengurusan proses perizinan,” ungkap Karamoy.

Menariknya, dalam penilaian peringkat daya saing, beber Karamoy, Sulut masuk sebagai daerah yang diteliti. Antara lain FEB Unsrat maupun Pemerintah Provinsi Sulut. “Daerah kita memberikan kontribusi pengukuran peningkatan daya saing. Namun hal ini juga harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai,” tukasnya.

Lebih jauh, untuk menggaet minat investasi. Harus mengedepankan layanan yang praktis, mudah dan efisien. “Birojeasi jangan berbelit-belit. Sebab siapa investor yang mau masuk jika untuk mendapatkan izin saja sulit,” katanya sembari menambahkan peningkatan aksesbilitas juga sangat menentukan bergairahnya investasi.

“Akses transportasi juga sangat menentukan. Kalau semuanya sudah siap, maka dapat dipastikan ekonomi semakin bergairah, dan ekonomi bertumbuh signifikan,” ungkapnya.

Namun untuk mendukung kepercayaan luar negeri, harus juga ditopang oleh aspek kondusifitas. “Indikator keamanan berinvestasi tak bisa diabaikan. Bagaimana investasi itu akan masuk apabila jaminan keamanan dan kenyamanan diabaikan,” kunci Karamoy.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.