Harga Kelompok Volatile Food Mereda, Sulut Alami Deflasi Terdalam

Manado, SULUTREVIEW – Kota Manado pada September 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 1,04 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 2,09 persen dan inflasi year on year (yoy) sebesar 3,42 persen.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Prof Sulut, Moh Edy Mahmud, inflasi Kota Manado disebabkan karena adanya penurunan indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan, sebesar 4,08 persen dan kelompok pengeluaran transport komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,86 persen. “Penyumbang atau andil deflasi terbesar di Kota Manado pada September 2017 yaitu tomat sayur sebesar 1,1488 persen,” ungkapnya Senin (2/10/2017).

Diketahui, pada September 2017, perkembangan harga-harga di Sulawesi Utara yang diwakili oleh harga komoditas yang membentuk inflasi di Kota Manado, tercatat sebesar -1,04% (mtm) atau mengalami deflasi lanjutan yang lebih dalam dibanding bulan sebelumnya. Dengan angka tersebut maka secara tahunan inflasi Sulut pada bulan September 2017 tercatat sebesar 3,42% (yoy). Angka inflasi Sulut tersebut tercatat masih berada di bawah tingkat inflasi Nasional pada September 2017, yang tercatat sebesar 0,13% (mtm) atau 3,72% (yoy). Realisasi inflasi bulanan Sulut pada September 2017 tersebut relatif searah dengan proyeksi Bank Indonesia sebelumnya. Di sisi lain, angka realisasi inflasi bulanan pada September 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar -0,75%(mtm).

Dijelaskan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulut, deflasi Kota Manado bulan September 2017 dipengaruhi oleh meredanya tekanan harga pada kelompok volatile food dan administered prices, sementara tekanan pada kelompok inti tercatat meningkat. Namun masih dalam besaran yang terbatas.

“Penurunan harga komoditas strategis Barito (bawang rica dan tomat-red) khususnya tomat sayur, menjadi pemicu utama terjadinya deflasi di bulan laporan. Hal tersebut diperkirakan merupakan dampak dari kondusifnya situasi cuaca, membaiknya pasokan serta keberhasilan pelaksanaan beberapa program TPID Tim Pengendali Inflasi Daerah-red) yang ditujukan bagi pengendalian harga komoditas strategis tersebut.

Selanjutnya, pada kelompok administered prices, koreksi harga pada komoditas angkutan udara terjadi seiring dengan kembali normalnya tingkat permintaan, menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada kelompok tersebut. Di sisi lain, pada kelompok inti, tekanan inflasi meningkat terbatas dipengaruhi oleh kelompok inti non-traded khususnya komoditas sayuran, buah dan ikan-ikanan.(hilda)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *